Think global act local
Berpikir global bertindak lokal
Virgilius Bate Lina dan Berty Sadipun dalam jurnal Pendidikan Karakter Berbasis Budaya Lokal Kabupaten Ngada (2018), menjelaskan bahwa para ahli sosial telah mengembangkan ungkapan think globally, act locally yang punya makna yaitu pemikiran dan sikap yang terbuka terhadap perkembangan zaman namun tetap menjunjung tinggi nilai-nilai kebudayaan lokal.
Begitulah yang ingin dicapai dari Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) yang diterapkan di sekolah dan perguruan tinggi mulai tahun ajaran 2022/2023.
Memangnya bisa tindakan dan perilaku anak-anak kita nantinya berdampak global walau mereka memegang nilai-nilai kebudayaan lokal? Apakah mereka nanti tidak terlihat norak bergaul dengan orang-orang dari berbagai negara?
Cara Orang Tua Memahami Kurikulum Merdeka
Kalau kita mencermati informasi yang tertuang di situs kurikulum.kemdikbud.go.id, Kurikulum Merdeka sebenarnya tidak menggantikan Kurikulum 2013 (K13) seperti yang dikira banyak orang berkaitan dengan ganti-menteri-ganti-kebijakan.Â
Kurikulum Merdeka justru menyederhanakan sekaligus menyempurnakan K13 dengan menyesuaikan pembelajaran dan penguatan karakter anak sesuai perkembangan zaman di dunia internasional.
Keleluasaan cara belajar dan penguatan pendidikan karakter yang ada di Kurikulum Merdeka membuat anak-anak kita kelak mumpuni bersaing dengan orang dari belahan dunia mana pun karena sudah punya fondasi ilmu, kepercayaan diri, dan kepribadian yang kuat yang berasal dari kebudayaan lokal mereka sendiri di Indonesia.Â
Sebagai contoh, karena saya tinggal di Kabupaten Magelang, pada mata pelajaran Seni Budaya siswa dikuatkan identitasnya sebagai orang Jawa dengan penerapan bahasa Jawa dan kebudayaannya (mengenal makanan, adat, dan kebiasaan setempat).Â
Porsinya sama dengan bahasa Inggris dan Matematika yang jadi standar numerasi internasional apakah suatu negara penduduknya sudah pintar atau masih terbelakang.