Mohon tunggu...
Yana Haudy
Yana Haudy Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Ghostwriter

Juru ketik di emperbaca.com. Penulis generalis. Best in Opinion Kompasiana Awards 2022.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Lima Alasan Logis Bagi Gen Z untuk Tidak Melakukan Quiet Quitting, Unggul di Usia Muda

25 Oktober 2022   13:19 Diperbarui: 25 Oktober 2022   13:23 1024
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gen Z bisa melakukan apa saja asal ada niat dan usaha, tapi quiet quitting tidak termasuk berusaha | Ilustrasi pribadi 

Generasi Z atau disingkat Gen Z disebut dalam polling yang dilakukan Axios dan Generation Lab pada September 2022, sebagai generasi yang paling menyukai gaya kerja quiet quitting.

Delapan puluh dua persen dari 828 Gen Z bilang kalau bekerja apa adanya adalah cara paling bagus untuk mempertahankan pekerjaan, tanpa dipecat. Kemudian 15% sisanya mengaku sudah menerapkan quiet quitting di tempat kerja mereka.

Polling atau jajak pendapat adalah cara untuk mengetahui pilihan orang dan membantu mengukur keberhasilan acara atau suatu inisiatif yang dilakukan pada berbagai tahap. Interval di mana jajak pendapat dilakukan tergantung pada jenis data apa yang perlu diekstraksi dari responden.

Banyak Gen Z meyakini quiet quitting bisa menghindarkan mereka dari stres dan tidak bakalan jenuh bekerja karena ada keseimbangan antara kehidupan kantor dengan kehidupan pribadi dan sosial.

Bekerja Apa Adanya

Quite quitting adalah gaya kerja yang bersungguh-sungguh dalam menyelesaikan suatu pekerjaan selama pekerjaan itu masih dalam batasan uraian tugas (job description).

Kalau jam kerjanya sudah habis, pelaku quiet qutting akan pulang dan tidak akan bela-belain lembur, meski pekerjaannya masih banyak dan dia tahu akan menumpuk esok harinya.

Seorang karyawan quiet quitting juga tidak mau menggantikan teman yang cuti kecuali hal itu tertulis dalam uraian tugasnya. Sekilas apa yang dilakukan karyawan yang menerapkan quiet quitting terlihat seperti pemalas, kurang motivasi, dan tidak bisa bekerja sama dalam suatu tim.

Menurut Brian Creely, orang yang meringkas istilah itu dari artikel di situs majalah Insider-kemudian mempopulerkannya di TikTok, quiet quitting bukanlah pemalas dan bekerja asal-asalan, melainkan bekerja persis sesuai jobdesc.

"Bekerja persis sesuai jobdesc berarti memulihkan keseimbangan yang sehat dalam karier dan pekerjaan karena kita menetapkan batasan yang tegas," begitu kata Brian, seperti yang ditulis insider.com.

Gen Z

Pew Research Center, lembaga riset yang pertama melakukan klasifikasi generasi berdasarkan usia, menetapkan bahwa Gen Z adalah mereka yang lahir tahun 1997-2014.

Akan tetapi, kemajuan teknologi yang diterima manusia kelahiran 1997-an dianggap terlalu kuno daripada mereka yang lahir setelah 2010. Kemajuan internet terjadi amat pesat sejak tahun 2010 dan njomplang bila dibandingkan era 1997-an.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun