Sekolah (negeri) memang gratis, tidak memungut biaya apa pun ke orangtua dan wali. Malahan kalau orangtua si anak tidak mampu membelikan buku, sekolah akan meminjamkan buku Tema, bagi yang masih memakai Kurikulum 2013. Akan tetapi, sekolah gratis mustahil diberlakukan di sekolah yang selama puluhan tahun sudah berlabel unggulan.
Sekolah Unggulan
Pertama yang harus kita yakini dulu, sekolah gratis hanya bisa terjadi kalau tidak ada aktivitas selain belajar-mengajar. Jadi, semua siswanya setelah bubaran kelas, ya, langsung pulang karena sekolahnya tidak menyelenggarakan ekstrakurikuler atau latihan apa pun. Paling maksimal hanya Pramuka.
Sementara itu, suka atau tidak, label sekolah unggulan masih ada dan melekat walau sudah ada penerimaan peserta didik melalui sistem zonasi. Sistem zonasi tidak mewajibkan nilai rapor atau hasil tes masuk. Peserta didik yang berpeluang besar diterima di suatu sekolah adalah mereka yang usianya paling tua diantara teman seangkatannya dan rumahnya paling dekat ke sekolah.
Sekolah unggulan ditunjuk oleh dinas pendidikan setempat dengan cara menjadikan sekolah tersebut sebagai rujukan bagi beberapa sekolah di sekitarnya. Sekolah itu nanti juga akan jadi tujuan bila ada guru atau dinas pendidikan dari provinsi lain yang melakukan studi tiru.
Sekolah yang seperti itu biasanya dipilih karena aneka prestasi akademik dan non-akademik yang sudah rutin diraih sekolah tersebut selama bertahun-tahun.
Apalagi, sesuai amanat Kurikulum Merdeka, sekolah harus menyediakan wadah untuk siswanya berkegiatan. Jadi, semua SD sampai SMA/sederajat yang berlabel unggulan pasti punya kegiatan ekstrakurikuler.
Ekstrakurikuler
Sekolah seperti yang disebut di atas setiap tahunnya butuh dukungan orangtua supaya fasilitas, sarana-prasarana, dan kegiatan ekstrakurikuler tetap berjalan. Makin banyak fasilitas dan prestasi di sebuah sekolah, makin mustahil sekolah gratis diberlakukan.Â
Misal, sekolah anak kami adalah satu-satunya SD di kecamatan Muntilan yang punya ekstrakurikuler hadroh. Selain hadroh ada karawitan dan drumband. Karena ketiganya merupakan ekstrakurikuler yang berbeda, maka instrumen musik yang dipakai pun tidak sama.
Instrumen musik untuk latihan hadroh tidak boleh meminjam milik drumband dan karawitan, pun sebaliknya. Itu dilakukan supaya masing-masing ekstrakurikuler bisa berjalan tanpa saling mengganggu, karena ketiganya mengikuti lomba yang berbeda.
Pun sekolah kini punya studio digital untuk keperluan editing, video pembelajaran, dan mengikuti lomba Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang diselenggarakan dinas pendidikan. Beberapa cabang yang dilombakan dalam TIK adalah esports dan vlog.