Kami main seperti layaknya anak-anak kampung, tapi dengan bahasa campur-campur Inggris-Indonesia kadang mereka bicara dengan bahasa ibu mereka.Â
Selain itu anak-anak perwira dan pegawai Pertamina (waktu itu karyawan Pertamina dikenal kaya-kaya, you never know if they had billions in their saving account) sering ke luar negeri. Entah untuk plesiran atau kuliah di sana.
Mobilitas anak Kebayoran Baru dan anak Menteng ke luar negeri sedikitnya punya dampak bercampurnya bahasa pergaulan mereka menggunakan Indonesia-Inggris.
Anak Kebayoran Baru lebih sering menggunakan bahasa campur-campur dibanding anak Menteng karena di Jaksel banyak macam-macam tempat gaul dibanding Menteng.Â
Pun mereka banyak bergaul dengan anak-anak dari kecamatan sekitar Kebayoran Baru yang padat penduduk, seperti Mampang, Bangka, dan Gandaria.
Menteng lebih eksklusif karena di Jakpus cuma ada rumah-rumah pejabat, termasuk rumah keluarga mantan presiden Soeharto. Tidak ada tempat seperti Melawai, Blok M, Sarinah, dan Mahakam (semua tempat itu ada di Kebayoran Baru).
Jadi, gaulnya anak Menteng yang terletak di Jakpus tidak seasyik anak Jaksel. Itulah sebab anak Jaksel lebih berani menggunakan bahasa campur-campur.
Pembagian kawasan
Dahulu wilayah-wilayah di DKI Jakarta dibagi untuk pusat bisnis, pusat pemukiman, pusat pemerintahan, dan pusat jasa.
Jaksel adalah kawasan pemukiman. Jakpus kawasan pemerintahan, sedangkan Jakbar dikhususkan untuk pusat perdagangan. Jakut juga diperuntukkan sebagai pusat bisnis, tapi kemudian dikembangkan jadi perumahan elit dengan menguruk Laut Jakarta.
Semua kawasan itu jadi semrawut sejak Soetiyoso jadi gubernur. Jaksel yang tadinya diperuntukkan sebagai kawasan khusus pemukiman, sudah beralih jadi kafe, resto, salon, dan apartemen.
Jaksel sudah tidak lagi jadi kawasan khusus pemukiman, melainkan sama seperti kawasan Jakarta seluruhnya, pusat pemerintahan, bisnis, jasa, dan perdagangan.