Si remaja membuka matanya lalu batuk-batuk. Bram memiringkan badannya ke kiri agar air laut bisa keluar.
"Alhamdulilah, Arif!" seruan-seruan yang memanggil penuh syukur berkelebatan.
Bram minta Arif menjawab: ini tahun berapa, sedang dimana, dan siapa namamu, untuk memastikan Arif tidak mengalami cedera kepala.
Bram dan Marni lalu mengangkat Arif masuk ke pos untuk diperiksa tekanan darah dan kadar oksigennya.
Marni menyiapkan oksigen yang diterimanya dari Rizky dan memakaikan selangnya ke hidung Arif.
Sepuluh menit kemudian setelah Arif dapat baju ganti dari temannya dan sudah kuat berjalan, dia dan rombongannya pulang meninggalkan pantai.
"Anak itu sedang henti napas waktu kau datang," ujar Bram pada Marni.
"Apa kau sempat membantu napas mulut ke mulut?" tanya Marni agak kuatir.
"Hampir, untung kau cepat datang," jawab Bram.
Marni lega. Bantuan pernapasan mulut ke mulut sudah sangat dihindari karena berisiko tinggi menularkan penyakit.
"Bram, Bram. Olav. Semua beres?" suara Olav terdengar di radio panggil yang terikat di bahu baju selamnya.