Mohon tunggu...
Yana Haudy
Yana Haudy Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Ghostwriter

Juru ketik di emperbaca.com. Penulis generalis. Best in Opinion Kompasiana Awards 2022.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Fee Layanan Pesan Makanan Saat Mobilitas Dibatasi dan Resto Tutup Lebih Dini

6 Juli 2021   11:51 Diperbarui: 6 Juli 2021   12:05 1454
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi makanan yang dapat dipesan online. Foto: gojek.com

Layanan pesan makanan melalui aplikasi Gojek pada September 2020 meningkat 20% sejak pandemi. 

Demikian juga Grab yang valuasinya naik dari $14 miliar jadi $15 miliar berkat dorongan dari jasa pesan antar GrabFood pada Oktober 2020. 

Kini ada ShopeeFood yang resmi muncul di Indonesia pada 10 Januari 2021.

Artinya, selama pandemi layanan pesan makanan online diminati banyak orang.

Selama Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) sampai 20 Juli 2021, restoran dan rumah makan dilarang melayani makan di tempat dan harus tutup lebih dini.

Pembeli yang ingin menikmati kuliner di resto dan rumah makan harus pesan-bungkus (takeaway) atau pesan-antar (delivery)

Sayang, pihak Gojek, Grab, dan Shopee selaku penyedia layanan pesan antar online sekarang mengutip fee (biaya) dari pembeli yang memesan makanan dari aplikasi mereka.

Di GoFood namanya platform fee sebesar Rp2000 per order. GrabFood memberlakukan order fee Rp3000, dan biaya layanan di ShopeeFood Rp4000.

Biaya tambahan aplikasi dipungut untuk meningkatkan layanan karena perusahaan dari waktu ke waktu terus meningkatkan inovasi dan teknologi.

Biaya tambahan itu membuat harga makanan di aplikasi melambung lebih mahal dari harga di resto. 

Sebelum ada biaya tambahan dari aplikator, resto dan rumah makan telah lebih dulu menaikkan harga makanan mereka untuk menutup biaya bagi hasil kepada penyedia aplikasi. 

Biaya bagi hasil yang harus dibayar sebesar 20% + Rp1000 dari harga makanan untuk GoFood sejak Maret 2021. Sedangkan GrabFood mengenakan biaya 30% kepada mitra usaha.

Sebahai ilustrasi, jika semangkuk soto ayam di resto harganya Rp10rb, di aplikasi jadi Rp14rb. Kita bayar lagi fee Rp3000. Maka harga semangkuk soto ayam di aplikasi jadi Rp17rb. 

Umumnya harga makanan naik Rp3rb-Rp5rb, tapi ada juga resto yang menaikkan sampai Rp8rb per porsi.

Itu belum termasuk ongkos kirim. Jika tidak ada diskon, ongkos kirim harus kita bayar penuh.

Bagi pengguna Gojek di kota besar yang tidak mengaktifkan fitur GoClub, ada lagi biaya busy-hour yang harus mereka bayar jika memesan makanan di jam sibuk. Besarnya Rp3000.

Jika makanan yang kita pesan jumlahnya banyak, aneka fee beberapa ribu perak tidak terasa, tapi memberatkan jika memesan makanan hanya 1-2 porsi. Satu-dua porsi inilah yang paling banyak dipesan orang. Kalau banyak mending masak sendiri to? Lebih hemat.

Soal masak sendiri juga ada alasannya. Tidak semua orang masak setiap hari karena alasan:

1. Praktis

Masak makanan untuk porsi satu orang (kalau kita makan untuk diri sendiri) melelahkan karena nanggung. Bumbu yang diolah jumlahnya sedikit, tapi capeknya sama dengan masak untuk empat orang. Mahasiswa dan pekerja yang kost sendiri biasanya memilih pesan makan online daripada masak.

2. Sibuk

Biasanya dialami oleh pekerja yang sedang work from home, atau ibu-ibu yang membimbing Pembelajaran Jarak Jauh anak-anak mereka, atau yang tidak punya waktu untuk masak karena kesibukan lain.

3. Ingin mencoba variasi menu

Menu yang susah dimasak sendiri karena belum biasa memasaknya atau bahan bakunya tidak ada, lebih enak dipesan, misalnya makanan Korea, masakan India, atau masakan Minang. Tinggal pilih resto yang punya menu pilihan, langsung deh santap.

Karena itu meski ngedumel karena biaya tambahan yang harus dibayar, konsumen tetap membeli makanan lewat aplikasi.

Ketika permintaan/peminat meningkat, wajar bila penyedia aplikasi mengutip biaya tambahan karena mereka harus merekrut tenaga kerja baru, menyiapkan inovasi dan layanan baru untuk konsumennya.

Tanpa biaya akan sulit bagi mereka dapat duit untuk memodali riset dan teknologi baru. Kalau tidak ada fitur, inovasi, dan teknologi baru, konsumen bakal bosan lalu lari ke aplikasi lain.

Hanya saja, yang pesan makanan online itu bukan orang kaya apalagi sultan, tapi kelas menengah. Jadi, meski mereka mampu beli walau ada biaya tambahan, ngedumelnya tetap saja kencang, di medsos.

Orang kaya, menurut Menkeu Sri Mulyani, adalah mereka yang berpenghasilan minimal Rp5 miliar/tahun atau Rp400 jutaan/bulan. Mereka tidak pesan makanan online, tapi langsung menyewa chef untuk memasak di dapur mereka.

Orang ekonomi nanggunglah yang banyak memesan GoFood, GrabFood, atau ShopeeFood. Saya pun kadang memesan GoFood untuk makan siang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun