Kamu pasti hafal suara air keracak turun dari tawang dengan panah kelodan yang menggelegar?Â
Itulah kamu, menyebalkan, tetapi menyenangkan, membuatku lelap di peraduan padahal kamu pasai mengesalkan memengkalkan sampai ke tulang.Â
Kamulah alasanku tak bisa marah. Mana bisa aku murih meski perih mendidih tiap kau hantam sanubari dengan cakap pribadi yang aku kirim bagai abdi.
Kamulah alasanku untuk tetap tersenyum karena namamu saja menggegarkan atma menusuk sukma, apalagi kau punya roman yang rupawan. Terima kasih kepada ayahmu yang memberimu asma itu.
Catur wulan bersapa kamu sering membuatmu resah, kelusuh-kelasah, pun gelisah karena kamu sering menghantar aura amora.
Catur wulan jua terpanting sindiran, rayuan, dan ocehan yang mendesakku agar meradang. Tapi, mana bisa aku marah padamu.Â
Kamu itu candu makanya aku tetap rindu.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI