Yang jadi penyebab utama ramainya orang pulang kampung dan berlibur bukan karena merayakan Natal dan tahun baru, tetapi karena bertepatan dengan libur sekolah.
Pada libur tanggal merah yang disertai cuti bersama pada 28 Oktober-1 November lalu juga ramai orang berlibur namun tidak membludak seperti sekarang karena yang pergi kebanyakan anak muda atau memang ada keperluan dengan keluarga di kampung halaman.
Pada libur Idul Fitri kemarin, orang bisa tahan untuk tidak mudik selain karena ada larangan dari kepala daerah di Jawa yang melarang warganya pulang kampung, orang juga masih kaget terhadap datangnya virus baru yang menghebohkan dunia.
Membludaknya warga yang pergi berlibur pada libur Natal dan tahun baru kali ini selain karena masyarakat mengalami pandemic fatigue, sekali lagi, juga bertepatan dengan libur sekolah.
Pandemic fatigue adalah kondisi lelah dan bosan diakibatkan pandemi berkepanjangan yang membatasi aktivitas masyarakat.
Mengapa orang tahan untuk tidak mudik tapi tidak tahan untuk tidak mengajak anak-anak mereka liburan?
Karena waktu kebersamaan orangtua dan anak sangat kurang. Meski ayah dan ibu si anak bekerja dari rumah selama pandemi, tapi pikiran dan fokus mereka tetap ada di kantor. Jadi anak hanya bertemu fisik, tidak merasakan kedekatan batin dengan orangtuanya.
Baca Juga:Â Pak Gub! Anak Libur Sekolah, Berkah atau Bencana?
Ditambah lagi selama Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), baik orangtua dan siswa merasa dibebani oleh tugas-tugas dari sekolah. Kondisi ini juga membuat banyak anak ingin tamasya ke luar rumah. Orangtua juga butuh berlibur untuk melepas penat dan liburan yang paling pas adalah berlibur bersama disaat anak-anak libur sekolah.
Itulah yang sangat mungkin membuat mobilitas orang saat libur semesteran ini jauh lebih tinggi daripada libur kenaikan kelas pada Juni lalu.
Pada Juni orang masih khawatir terhadap penyebaran virus. Sekarang orang lebih memilih menyenangkan diri untuk mengurangi stres dan bosan ketimbang khawatir dengan Corona.
Tak pelak bandar udara dan stasiun kereta api pun jadi penuh penumpang. Loket untuk rapid test antigen sampai tidak cukup menampung mereka yang ingin rapid test sebelum berangkat. Tidak percaya? Tengoklah berita di televisi. Kalau tidak punya televisi boleh nonton di YouTube.