Kutanya pawana kau di mana. Kutanya air, awan, belalang, dan semua kepala manusia menggeleng kencang.
Kau menghilang seperti jembalang. Padahal kau telah memaklumatkan cinta sampai ke laut paling dalam, tempat kau ukir kalam bertuliskan rindu dendam.
Aku hampiri telaga tirta kala dahaga, tapi tericip air rasa duri. Aku sambangi ladang nyamikan, tapi hanya rasa sekam yang aku makan. Kau tetap menghilang.
Boleh kau hindarkan aku, tapi jangan kau menghilang atau aku akan musnah berkalang tanah.Â
Tak perlu kau senyum, cukuplah jiwamu datang dan mencium sanda, lalu aku akan mengerawang, asal kau jangan menghilang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H