Mohon tunggu...
Yana Haudy
Yana Haudy Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Ghostwriter

Pekerja sektor informal. Juru ketik di emperbaca.com. Best in Opinion Kompasiana Awards 2022.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Tulisan Berat, Bahasa atau Bahasannya yang Berat?

21 Juli 2020   14:46 Diperbarui: 21 Juli 2020   14:41 1551
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Hadeuh, berat amat tulisannya, malas baca ah. Hidup sudah berat masa disuruh baca yang berat-berat.

Sebenarnya apa yang membuat tulisan jadi "berat"? Bahasa yang dipakai atau topik bahasan yang dibuat oleh penulisnya?

Kening kita pasti akan berkerut-kerut ketika membaca tesis, disertasi, atau jurnal ilmiah yang bidang ilmunya berbeda dari yang kita kuasai. Topiknya terasa rumit karena kita tidak mengerti apa yang ditulis didalamnya, isinya pun penuh istilah-istilah akademis dan hipotesis yang tidak kita ketahui maknanya. 

Maka tesis, disertasi, dan jurnal ilmiah sudah pasti dimasukkan ke dalam tulisan "berat" karena tidak semua orang mengerti apa yang dibahas didalamnya.

Saya pernah membaca jenis tulisan feature yang penulisnya memasukkan referensi berbahasa asing, kutipan dari filsuf-filsuf terkemuka, dan sejarah hiburan dunia. Tulisannya jadi berbelit-belit, panjang, dan pecah kemana-mana, padahal yang dibahas olehnya adalah grup lawak Srimulat. Ini benar. Kalau begini saya katakan yang berat adalah bahasa yang digunakan si penulis, bukan bahasannya.

Tetapi pembuat tulisan seperti itu dapat dipahami. Menulis itu asyik, inginnya kita menulis semua yang ada di pikiran, di hati, dan di rasa. Inginnya kita memberi tahu semua orang semua yang kita ketahui tentang dunia dan isinya. Maka tak heran ketika selesai sebuah tulisan jadi tidak fokus pada satu bahasan.

Karena itulah setiap penulisan butuh penyuntingan.

Penyuntingan bisa dilakukan sendiri oleh sang pembuat tulisan ketika tulisannya selesai, atau oleh redaktur di media massa yang menyunting tulisan wartawannya, dan editor di penerbitan yang menyunting karya para penulis buku.

Bagi sebagian orang membaca berita dan ulasan politik terasa berat karena mereka seperti "disuruh ikut mikir" urusan negara, parpol, dan kepentingan golongan tertentu, sementara hidup sendiri saja sudah ribet. Jadi mereka memilih membaca medsos atau tentang selebritis yang dianggap ringan karena tidak perlu ikut mikir, jengkel, dan emosi saat membacanya.

Sementara buat sebagian yang lain, politik itu seru karena keputusan yang diambil tokoh-tokoh politik bisa mempengaruhi hajat hidup orang banyak. Kadang politik seperti dagelan kadang seperti kutukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun