Mohon tunggu...
Yana Haudy
Yana Haudy Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Ghostwriter

Pekerja sektor informal. Juru ketik di emperbaca.com. Best in Opinion Kompasiana Awards 2022.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Apakah Murid Berkebutuhan Khusus Dapat Belajar Online dari Rumah?

2 Mei 2020   10:49 Diperbarui: 2 Mei 2020   12:40 885
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sejak 16 Maret lalu sekolah dan perguruan tinggi sudah melaksanakan belajar dari rumah. Meski ada kendala tapi belajar dari rumah relatif lancar, apalagi ada tayangan #BelajardariRumah di TVRI yang dibuat oleh Kemdikbud.

Tapi itu untuk anak normal, bagaimana dengan anak tuli (orang yang tidak bisa mendengar sejak lahir tidak ingin dikatakan sebagai tunarungu, mereka lebih suka disebut tuli), tunanetra, tunadaksa, dan anak berkebutuhan khusus lainnya?

Murid di sekolah umum masih bisa mengerjakan PR sendiri, tanpa bimbingan orang tua, melalui materi dari buku atau yang diberikan guru lewat WhatsApp. Tetapi murid disabilitas tidak bisa. Murid tunanetra misalnya, harus memakai alat bantu untuk belajar berhitung, sementara siswa tuli harus meminta bantuan untuk menerjemahkan instruksi dalam materi yang diberikan guru.

Meski sulit, murid tuli dan tunanetra relatif tidak mengalami kesulitan berarti karena masih bisa memakai video dan audio untuk membantu mereka belajar dalam jaringan. Akan tetapi kendala besar akan dialami oleh murid tunagrahita (keterbelakangan mental), tunadaksa (cacat jasmani), tunalaras (hambatan mengendalikan diri dan emosi), dan tunaganda (penyandang kombinasi kelainan).

Tunagrahita
Anak tunagrahita memerlukan alat bantu yang sama dengan bentuk aslinya. Alat bantu ini kadang hanya ada di sekolah. Orang tua atau pendamping di rumah bisa saja membuat alat peraga untuk anak tunagrahita mengenal anggota tubuhnya. 

Tapi kalau disuruh video call dengan guru tentu tidak bisa, karena kecerdasan mereka terbatas. Kecerdasan tunagrahita ringan paling tinggi sama dengan anak normal usia 12 tahun. Sedangkan kecerdasan tunagrahita berat paling tinggi sama dengan anak usia 3-4 tahun. Jadi yang menerima instruksi dari guru secara online biasanya orang tuanya untuk kemudian diterapkan kepada anak.

Tunalaras
Belajar online pada anak tunalaras juga tidak bisa diterapkan karena mereka tidak sabaran dan mudah ngamuk, mana bisa mereka memperhatikan video atau suara guru yang memberi materi. Anak autis termasuk dalam penyandang tunalaras. 

Tugas dari guru pun mungkin saja berupa mewarnai, meronce, dan bermain puzzle, bukan seperti tugas anak di sekolah umum berupa berhitung, menyanyi, atau membuat prakarya. Belajar pada anak tunalaras lebih difokuskan pada melatih fokus dan kestabilan emosi mereka.

Tunadaksa
Pada anak tunadaksa yang belajar di sekolah biasanya guru secara rutin membantu mengoreksi gerakan motorik yang salah dan mengembangkan ke arah gerakan yang normal. 

Ketika belajar dari rumah guru bisa saja melakukan video call dengan orang tua untuk memberi motivasi pada anak. Bagi anak tunadaksa dengan kecerdasan normal, belajar online bisa dilakukan sama seperti anak lainnya melalui WhatsApp, Google Classroom atau siaran TVRI.

Tunaganda
Anak tunaganda memiliki kombinasi kelainan (dua jenis atau lebih) yang menyebabkan adanya masalah pendidikan yang serius. Anak disebut tunaganda jika dia, misal, seorang tuli yang juga menyandang tunagrahita. Atau anak tunanetra sekaligus tuli. P

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun