Mohon tunggu...
Yana Haudy
Yana Haudy Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Ghostwriter

Pekerja sektor informal. Juru ketik di emperbaca.com. Best in Opinion Kompasiana Awards 2022.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"A Violent Prosecutor", Film Berwawasan Hukum Berkomedi Natural

6 April 2020   12:09 Diperbarui: 6 April 2020   15:00 633
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini bukan film baru melainkan film lawas yang rilis tahun 2016 yang saat itu meraup 9,6 juta penonton bioskop. Tapi sebagai penghibur saat tidak boleh kemana-mana karena Corona, film ini layak ditonton lagi untuk mengusir kejenuhan.

Sesuai judulnya-prosecutor, ini film yang bercerita tentang jaksa penuntut yang suka menempeleng, menendang, dan menggaplok saat menginterogasi untuk mendapat pengakuan dari para tersangka. 

Pada suatu ketika terjadi kerusuhan di lokasi proyek perluasan resort. Proyek ini ditentang oleh kelompok pecinta lingkungan karena dianggap akan merusak tempat migrasi burung. 

Para pendemo yang menentang pembangunan itu lantas menerobos barikade dan menyerang polisi. Salah seorang polisi luka parah. Pelaku penganiayaan itu tertangkap di lokasi kejadian dan dia digebuk aparat sebelum digelandang ke kantor polisi. 

Pelaku kemudian berhadapan dengan Jaksa Byeon Jae Wook. Jae Wook meyakini bahwa pelaku yang bernama Lee Jin Seok ini bukan aktivis pecinta lingkungan melainkan bagian dari sekelompok preman yang sengaja dibayar oleh perusahaan resort. 

Kelompok preman ini sengaja menyusup ke tengah-tengah pendemo untuk menyerang polisi dan mencoreng nama kelompok pecinta lingkungan. 

Ketika ditanya dari komunitas mana dan alasannya melakukan demonstrasi, Lee Jin Seok malah menceritakan tentang migrasi angsa dari Rusia. Maka Jae Wook pun menggaplok dan menyuruhnya buka baju. Sekujur tubuh Lee Jin Seok yang penuh tato makin membuat Jae Wook yakin dia adalah preman, bukan aktivis pecinta lingkungan. 

Sepanjang film kita serasa menonton realita dalam kehidupan hukum, politik, dan kriminal seperti dalam kenyataan sehari-hari. 

Perlakuan istimewa kepada narapidana juga sama nyatanya saat Jae Wook mendapat apel, rokok, telepon selular, dan bermangkuk-mangkuk mie lezat. Semua itu bukan dari keluarga karena Jae Wook tidak punya anak atau istri melainkan dari kepala penjara dan para sipir. 

Bedanya, jika narapidana lain membayar dengan duit, Jae Wook "membayar" dengan keahlian hukum yang dimilikinya. 

Kenapa Byeon Jae Wook, seorang jaksa jujur dan ulung bisa mendekam dipenjara? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun