Â
Pada suatu hari di bulan Ramadan, di sebuah desa kecil di pedalaman, tinggallah seorang pria bernama Lutfi. Lutfi adalah seorang yang sangat doyan makan, tetapi ia juga sangat pelupa. Setiap tahun, ketika Ramadan tiba, Lutfi berjanji untuk berpuasa dengan baik, tetapi sering kali ia lupa dan tanpa sengaja membatalkan puasanya.
Pagi hari pertama Ramadan, Lutfi bangun terlambat dan langsung terburu-buru ke dapur untuk sarapan sebelum fajar. Ia makan dengan lahap dan kemudian pergi ke masjid untuk shalat Subuh. Setelah shalat, ia ingat bahwa ia telah sarapan, dan merasa sangat menyesal karena telah membatalkan puasanya pada hari pertama.
Lutfi memutuskan untuk berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia akan lebih berhati-hati selama Ramadan. Namun, kejadian lucu terus mengikuti Lutfi sepanjang bulan suci ini.
Suatu hari, saat berbuka puasa, Lutfi sangat lapar dan tidak sabar menunggu waktu berbuka. Ia memutuskan untuk mempersiapkan segala hidangan kesukaannya: sate, opor ayam, ketupat, dan masih banyak lagi. Ketika azan Maghrib berkumandang, Lutfi dengan cepat memulai makan dengan lahap. Namun, saat ia menggigit sate pertama, ia terkejut karena ternyata itu adalah tusuk gigi. Ia pernah lupa bahwa ia telah menyiapkan sate palsu dari tusuk gigi untuk bermain lelucon pada teman-temannya. Lutfi tertawa terbahak-bahak sendiri, sambil berpikir betapa bodohnya dirinya.
Beberapa hari kemudian, Lutfi memutuskan untuk tidur siang sejenak setelah pulang dari kerja. Ia mengatur alarm di ponselnya agar bisa bangun tepat waktu untuk berbuka. Namun, karena terlalu lelah, ia jatuh tertidur begitu saja. Ketika Lutfi terbangun, ia langsung melihat jam dan melihat bahwa sudah lewat waktu berbuka. Ia panik dan langsung makan dengan cepat tanpa memeriksa kalender hijriyah, hanya untuk menyadari bahwa saat itu masih bukan waktu berbuka, tetapi waktu untuk sahur. Ia kembali tertawa pada dirinya sendiri karena telah keliru membaca waktu.
Pada suatu malam menjelang akhir Ramadan, Lutfi menghadiri acara buka bersama di masjid bersama teman-temannya. Ia sangat senang karena ada banyak hidangan lezat yang disajikan. Ia mulai menyantap hidangan dengan nikmat, dan ketika ia menggigit makanan yang terlihat sangat enak, ia merasa ada yang aneh. Ternyata, itu adalah sepotong sabun yang terselip di antara hidangan! Lutfi langsung menjauhkan makanannya dan berkumur-kumur, sambil diolok-olok oleh teman-temannya.
Meskipun sering kali menghadapi situasi lucu dan membatalkan puasanya karena pelupaan, Lutfi tetap bersukur dan berusaha untuk memperbaiki diri selama bulan Ramadan.
Pada malam terakhir Ramadan, Lutfi menghadiri shalat Tarawih di masjid bersama komunitasnya. Ia sangat semangat dan fokus dalam beribadah, mengingatkan dirinya sendiri untuk tidak membuat kesalahan lagi. Setelah selesai shalat, ia merasa sangat lapar karena belum makan sejak sahur.
Lutfi pun pulang dengan perasaan lapar yang sangat menggoda. Ketika ia tiba di rumah, ia langsung menuju dapur dan membuka lemari es untuk mengambil makanan. Namun, ia terkejut saat melihat lemari es kosong! Ia lupa bahwa ia telah meminta istri dan anak-anaknya untuk memberikan sumbangan makanan kepada tetangga yang kurang mampu, dan mereka telah mengantarkannya sebelum Lutfi pergi ke masjid.
Lutfi pun duduk lemas di dapur, merenungkan situasinya yang lucu. Ia tertawa pada dirinya sendiri karena ternyata puasanya harus dibatalkan karena kealpaannya sendiri. Namun, ia juga merasa bersyukur karena telah dapat berbagi makanan kepada yang membutuhkan.