Mohon tunggu...
yanwardi natadipura
yanwardi natadipura Mohon Tunggu... -

Saya, seorang alumnus FIB UI, pernah sekitar sepuluh tahun menjadi penulis naskah iklan di biro iklan Jakarta, dan senang mengamati bahasa Indonesia. Saya memang pencinta bahasa Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Terperangkap Kendala

15 Desember 2011   10:06 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:14 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Saya tergugah ketika membaca artikel Lie Charlie tentang kata “terkendala” (Tempo, 19 Juli 2010). Dia berkebaratan dengan awalan “ter-” dalam “terkendala”. Menurutnya, “Awalan ter dalam bahasa Indonesia tidak lazim dilekatkan pada kata benda, kecuali dalam beberapa kasus turunan khusus. Kendala dan solusi sama-sama kata benda.” Agaknya rasa bahasa saya “salah’ kali ini karena saya malah menerima kata “terkendala”. Rasa bahasa saya juga merasa tidak ada masalah dengan proses pembentukannya, yang berkaitan dengan awalan “ter-” + kata benda “kendala”.

Penasaran, saya membuka KBBI ke-4. Ternyata di situ terdapat kata “terkendala” dengan makna .’terhalang, terhambat’ (halaman 668).Belum puas, saya meminta pertolongan “yahoo” dan “google”. Menurut “yahoo”, terdapat kata “terkendala” 698.016; sedangkan “google” menghitung ada 340.000 pemakaian “terkendala” di dunia maya. Dalam hasil pencarian “google” dan “yahoo”, termasuk data di media massa terkenal, misalnya, “Kompas.com”, “Suara Pembaruan”, “Media Indonesia”, dan “Tempo” (interaktif). Begitu banyak kata tersebut frekuensi kemunculannya. Jadi, saya juga takheran bila KBBI ke-4 mencatatnya. Belum puas juga, saya “mengujikan” pada teman-teman secara terbatas. Mereka menganggap tidak ada yang salah dengan “terkendala”. Namun, saya tetap penasaran. Saya bagaikan terperangkap oleh kata “terkendala”.

Satu-satunya jalan agar saya dapat menjawab mengapa saya menerima kata “terkendala” adalah dengan menganalisis secara linguistis (kebahasaan)

Awalan “ter-” dalam bahasa Indonesia termasuk imbuhan yang produktif. Terbukti kata-kata yang termasuk baru banyak yang terbentuk dari awalan ini: terobsesi, terinspirasi, dan kata yang dipermasalahkan, yakni ‘terkendala”. Bentuk dasar atau kata dasar yang bersanding dengan “ter-” bisa datang dari berbagai kelas kata. Ada kata kerja (verba): tertusuk, terbunuh, tertendang, tertahan, terpukul, tercetak, tergusur, terkubur, tertanam, dll; kata sifat (adjektiva): tertinggi, termahal, termurah, terhitam, terhalus, tercantik, terpandai, dll; prakategorial: tergenang, tergiur, terpaut, terjelma, dll. Bahkan, yang menurut Lie Charlie tidak lazim, yakni kata benda (nomina), malah sangat banyak jumlahnya: tertawa, terbentuk, tertanda, ternama, tergunting, terpahat, tertanggal, terpaku, terpanah,terjaring, terjala, terpancing, tersihir, terpola, terperangkap, terkotak-kotak, terpetak-petak, terinspirasi, terobsesi, tertulang, terpojok, tersudut, dll.

Berkaitan dengan ihwal kata “terkendala”, hanya akan dibahas senarai awalan “ter-” yang bersanding dengan kata benda.

Ternyata, kata berawalan ‘ter-” dengan dasar nomina sangat banyak. Bahkan, kata-kata yang sangat “biasa” dan dari dahulu telah ada dalam perbendaharaan kata kita, seperti “tertawa” dan “terbentuk” pun berdasar kata benda. Makna gramatikal “ter-” dalam senarai ini cukup beragam, antara lain, ‘sudah (aspek perfektif)’ (tertanda, ternama, terbentuk, tersusun), ‘lokatif’ (tersudut, terpojok), ‘tidak sengaja’ (tergunting, dalam Bajunya tergunting oleh adikku; terpanah, dalam Dalam kekacauan itu, kepala desa Suku Dalam terpanah warganya sendiri); dan ‘kena D’ (tersihir, terjaring, terpancing, terpanah, dalam Kepala suku itu akhirnya mangkat terpanah orang tak dikenal, terjaring, terjala, terobsesi, terperangkap, terhipnosis, terpesona).

Kata “terkendala” termasuk ke dalam senarai terakhir, yang bermakna gramatikal ‘kena kendala’, seperti dalam terobsesi (kena obsesi), terjaring (kena jaring), tersihir (kena sihir), terpancing (kena pancing), dst. Bahwa makna “ter-” dalam “terkendala” adalah ‘kena D’, tampak dalam konstruksi-konstruksi: terkendala dana, terkendala harga, terkendala mitos, terkendala kiper, terkendala pajak,dll. Dalam linguistik, sebagaimana dalam kata kerja berawalan ber- + kata benda (bersepatu, berbaju, bercelana, bermobil, dll), terjadi pertautan argumen dalam kata kerja berawalan ter- + kata benda.

Mengenai petunjuk dari Lie Charlie, yang menyatakan “Jadi, kuncinya, sebelum melekatkan awalan ter pada sebuah kata benda, cobalah pasangkan kata tersebut dengan awalan me atau imbuhan me-kan. Jika berterima, barulah kita dapat menurunkan kata bersangkutan menjadi bentuk berawalan ter.”, kurang efektif. Kata dasar dalam tertanggal, terobsesi, terluka, ternoda, dll, tidak dapat bersanding dengan imbuhan me- atau me-kan.

Patut dicatat kata berawalan “ter- + D yang sama , kadang-kadang memiliki makna gramatikal lebih dari satu, bergantung pada konteksnya, misalnya, ‘terpukul bisa bermakna ‘tidak sengaja’ (Adiknya menangis karena terpukul kakaknya) dan ‘dapat’ (Akhirnya petinju tangguh, yang menjadi lawannya kali ini, terpukul jatuh juga di ronde terakhir); tersusun bisa bermakna ‘sudah selesai/perfektif’ (Batu-batuan itu tersusun dengan rapinya) dan ‘dapat’ (Sebelum bel berbunyi, permainan “puzzle” itu tersusun sesuai dengan contohnya).

Kembali pada “terkendala”, sesuai dengan fakta kebahasaan yang ada (dari pembangkitan rasa bahasa, google, yahoo, responden terbatas, KBBI) dan analisis kebahasaan atas kata terkendala, kata “terkendala” menurut saya terterima dan dapat dipertanggungjawabkan secara gramatikal.

Berbeda dengan kata “tersolusi”, saya sependapat dengan LieCharlie, kata tersebut tidak terterima. Mudah-mudahan kita tidak mudah terperangkap oleh kata-kata baru bentukan dari awalan “ter-” atau imbuhan lainnya. Opini dalam artikel ini baru awal dari penelitian, perlu pengkajian yang lebih mendalam dan diujikan kembali. Memang, penelitian yang berkaitan dengan data baru dan teori kebahasaan memerlukan waktu yang lama dan menyita pikiran dan tenaga. Karena itu, tidak tertutup kemungkinan pendapat saya bisa berubah kelak.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun