Mohon tunggu...
Yan Nurcahya
Yan Nurcahya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Jastin Property

Arsitektur, Sejarah, Peradaban

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Hagiografi

31 Agustus 2024   16:34 Diperbarui: 31 Agustus 2024   17:37 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hagiografi adalah biografi seorang santo atau pemimpin gereja, serta, sebagai perluasan, biografi yang menyanjung dan diidealkan dari seorang pengkhotbah, pendeta, pendiri, orang suci, biarawan, biarawati atau ikon dalam salah satu agama di dunia. Hagiografi Kristen awal mungkin terdiri dari biografi atau vita, deskripsi perbuatan atau mukjizat orang suci (dari bahasa Latin vita, kehidupan, yang memulai judul sebagian besar biografi abad pertengahan), kisah kemartiran orang suci (disebut passio), atau kombinasi dari semuanya

Hagiografi Islam

Hagiografi dalam Islam dimulai dalam bahasa Arab dengan penulisan biografi tentang Nabi Muhammad pada abad ke-8 M, sebuah tradisi yang dikenal sebagai sira. Sejak sekitar abad ke-10 M, sebuah genre yang secara umum dikenal sebagai manaqib juga muncul, yang terdiri dari biografi para imam (madhhib) yang mendirikan berbagai mazhab pemikiran Islam (madhhab) tentang syariat, dan para wali Sufi. Seiring berjalannya waktu, hagiografi tentang para Sufi dan mukjizat mereka menjadi dominan dalam genre manaqib.

Dipengaruhi oleh penelitian Islam awal tentang hadis dan informasi biografi lainnya tentang Nabi, para sarjana Persia mulai menulis hagiografi Persia, lagi-lagi terutama tentang para wali Sufi, pada abad ke-11 M.

Islamisasi wilayah Turki menyebabkan perkembangan biografi wali Turki, dimulai pada abad ke-13 M dan semakin berkembang sekitar abad ke-16. Produksi tetap dinamis dan mengikuti perkembangan ilmiah dalam penulisan biografi sejarah hingga tahun 1925, ketika Mustafa Kemal Ataturk (w. 1938) melarang persaudaraan sufi. Ketika Turki melonggarkan pembatasan hukum terhadap praktik Islam pada tahun 1950-an dan 1980-an, para sufi kembali menerbitkan hagiografi, sebuah tren yang berlanjut di abad ke-21.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun