Mohon tunggu...
Mental dan Religiositas
Mental dan Religiositas Mohon Tunggu... Ilmuwan - Peneliti

Ruang diskusi mengenai Kesehatan Mental dari perspektif Biblika dan Teologi Kristiani

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Faktor Religius dalam Pemulihann Pasca-trauma Konflik Bersenjata

17 Maret 2024   09:01 Diperbarui: 17 Maret 2024   09:11 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: willingway.com

Di seluruh dunia, konflik bersenjata dan krisis kemanusiaan masih menjadi masalah yang sangat serius. Daerah seperti Timur Tengah, beberapa wilayah di Afrika, dan bagian lain dari dunia telah mengalami konflik yang berkepanjangan, yang berdampak pada jutaan orang. Situasi ini sering mengakibatkan kerusakan luas, pengungsian massal, dan trauma yang mendalam bagi penduduk sipil yang terlibat.

Dampak konflik bersenjata terhadap kesehatan mental individu yang terlibat telah menjadi fokus penelitian dan perhatian internasional. Isu-isu seperti PTSD (Post-Traumatic Stress Disorder), depresi, dan kecemasan sering kali menjadi dampak umum dari pengalaman traumatis ini.

Agama dan spiritualitas memainkan peran penting dalam kehidupan banyak orang di seluruh dunia. Di tengah krisis, banyak individu sering kali berpaling ke keyakinan agama atau spiritualitas mereka sebagai sumber dukungan, ketahanan, dan pencarian makna.

Dalam konteks sosial dan budaya tertentu, agama dapat memiliki pengaruh signifikan dalam cara individu menginterpretasikan dan menghadapi trauma.

Psikologi positif, yang fokus pada aspek-aspek positif dari pengalaman manusia, telah menyoroti konsep pertumbuhan pascatrauma (PTG). PTG mengakui bahwa individu dapat mengalami perubahan positif sebagai akibat dari perjuangan mereka dengan peristiwa traumatis.

Ini menjadi penting dalam konteks trauma yang disebabkan oleh konflik bersenjata, di mana individu sering mencari cara untuk membangun kembali kehidupan mereka dan menemukan makna baru setelah trauma.

Studi tentang kesehatan mental, trauma, dan agama menjadi semakin interdisipliner, menggabungkan pandangan dari psikologi, sosiologi, teologi, dan studi perdamaian dan konflik. Memahami bagaimana faktor-faktor ini berinteraksi sangat penting untuk mengembangkan pendekatan terapi dan dukungan yang efektif bagi mereka yang terkena dampak konflik.

Di era digital dan informasi, penyebaran dan akses terhadap informasi tentang konflik dan dampaknya menjadi lebih mudah. Ini juga menciptakan kesadaran global yang lebih besar mengenai isu-isu ini.

Namun, ini juga menimbulkan tantangan dalam hal misinformasi, dan bagaimana media dapat mempengaruhi persepsi publik terhadap konflik dan kesehatan mental.

Memasuki diskusi artikel "Role of religion in posttraumatic growth among population exposed to armed conflict", konteks-konteks ini membantu kita memahami pentingnya topik tersebut dalam skenario global saat ini, dan bagaimana pemahaman tentang peran agama dalam PTG dapat memberikan wawasan yang berharga untuk mendukung individu yang terkena dampak konflik bersenjata.

Artikel yang ditulis oleh Irfan Fayaz di Jurnal Mental Health, Religion and Culture itu merupakan sebuah tinjauan sistematis yang mengkaji peran agama dalam pertumbuhan pascatrauma (Posttraumatic Growth, PTG) pada individu yang terpapar konflik bersenjata. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun