Taksonomi SOLO (Structure of the Observed Learning Outcome) merupakan salah satu pendekatan yang dikembangkan oleh John Biggs dan Kevin Collis untuk mengklasifikasikan hasil belajar dari perspektif kompleksitas pemahaman. Berbeda dengan Taksonomi Bloom yang berfokus pada aspek kognitif, Taksonomi SOLO berpusat pada sejauh mana seorang individu memahami suatu materi.Â
Taksonomi ini terdiri dari lima tingkatan: pra-struktural, uni-struktural, multi-struktural, relasional, dan extended abstract. Dalam menulis akademik, mencapai tingkat extended abstract atau abstrak terluas adalah pencapaian tertinggi yang menandakan pemahaman mendalam dan kemampuan untuk mengaplikasikan pengetahuan dalam konteks yang baru atau tidak familiar.
1. Memahami Taksonomi SOLO
Sebelum berusaha mencapai tingkat extended abstract, penting bagi penulis untuk memahami karakteristik dari setiap tingkatan dalam Taksonomi SOLO:
- Pra-struktural: Pada tingkatan ini, siswa tidak memahami konsep dan hanya bisa menyatakan fakta tanpa makna.
- Uni-struktural: Siswa mulai memahami satu aspek dari suatu konsep, tetapi pemahaman mereka masih terbatas.
- Multi-struktural: Pemahaman siswa sudah meluas ke beberapa aspek, tetapi mereka belum dapat menghubungkannya menjadi satu kesatuan pemahaman yang utuh.
- Relasional: Siswa dapat mengintegrasikan berbagai aspek menjadi satu kesatuan pemahaman yang kohesif.
- Extended Abstract: Siswa mampu menggeneralisasi dan mentransfer pemahamannya ke dalam konteks yang baru atau lebih luas.
2. Memulai dengan Pemahaman Dasar
Dalam menulis akademik, penting bagi penulis untuk memastikan bahwa mereka memahami konsep-konsep dasar dengan baik. Ini seringkali dilakukan dengan literatur review, di mana penulis mengeksplorasi dan menilai berbagai sumber untuk mendapatkan pemahaman yang komprehensif mengenai topik yang dibahas.
3. Menghubungkan Konsep
Setelah memahami konsep dasar, penulis harus mampu menghubungkan antara satu konsep dengan konsep lainnya. Ini berarti membangun narasi yang logis dan kohesif di mana setiap ide mendukung ide lainnya, dan keseluruhan tulisan mencerminkan pemahaman yang terintegrasi.
4. Menganalisis dan Merefleksikan
Pada tingkatan relasional, penulis harus mampu menganalisis informasi, mencari hubungan antara data dan teori, dan merefleksikan implikasinya. Dalam konteks menulis akademik, hal ini dapat mencakup analisis literatur, metodologi, dan hasil penelitian.
5. Mengaplikasikan dalam Konteks Baru
Tingkat extended abstract dicapai ketika penulis dapat mengambil pengetahuan yang telah mereka kumpulkan dan menerapkannya dalam konteks yang baru atau lebih luas. Dalam menulis akademik, ini dapat berarti merumuskan rekomendasi berdasarkan hasil penelitian, mengidentifikasi implikasi untuk praktik atau kebijakan, atau mengajukan pertanyaan penelitian baru berdasarkan temuan.
6. Menerima Masukan dan Kritik
Untuk terus berkembang dan memperdalam pemahaman, penting bagi penulis untuk menerima dan mempertimbangkan masukan serta kritik dari rekan sejawat, pembimbing, atau reviewer. Masukan ini dapat membantu penulis mengidentifikasi area yang memerlukan klarifikasi atau penelitian lebih lanjut.
7. Praktik Berkelanjutan
Seperti kebanyakan keterampilan, kemampuan menulis akademik meningkat dengan praktik yang konsisten. Oleh karena itu, penting bagi penulis untuk terus menulis, merevisi, dan mengembangkan pemahamannya.
Kesimpulan
Mencapai tingkat extended abstract dalam Taksonomi SOLO saat menulis akademik memerlukan pemahaman mendalam, refleksi, dan kemampuan untuk menerapkan pengetahuan dalam berbagai konteks. Ini bukanlah suatu proses yang mudah dan memerlukan dedikasi, ketekunan, dan keinginan untuk terus belajar dan berkembang. Namun, dengan upaya yang konsisten dan pendekatan yang sistematis, penulis dapat mencapai pemahaman yang mendalam dan menulis dengan keahlian yang mencerminkan tingkat pemahaman tertinggi dalam Taksonomi SOLO.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H