Era sekarang ini memuja kecepatan.
Seakan-akan hidup yang cepat adalah hidup yang mulia. Jalan kaki mesti cepat. Nonton film dipercepat lebih baik. Berkendara mesti lebih cepat sampai tujuan. Iklan begitu cepatnya berganti di hadapan kita, seringkali hanya sekian detik menarik perhatian kita lalu berganti.
Dunia akademik juga tak ketinggalan dalam mempercepat segala sesuatu.
Mengajar dalam kelas lebih cepat selesai lebih baik. Karena mengajar di dalam kelas butuh waktu untuk transportasi, maka pindah saja ke ruang virtual agar lebih cepat. Publikasi yang cepat lebih baik, kendati harus bayar dengan uang yang lumayan. Kuantitas publikasi dengan cepat perlu diproduksi, mesti dari kualitas sebenarnya biasa saja.
Menulis akademik juga sepertinya tidak lepas dari situ.
Orang berpikir bahwa menulis dengan cepat adalah sebuah nilai yang luar biasa besar pengaruhnya. Tentu saja itu benar dari segi kuantitas. Bercermin dari pengalaman saya, sejak tahun pertama studi doktoral, saya sudah menulis dalam jumlah yang besar. Tapi dari segi kualitas, saya kira belum seberapa.
Sejak beberapa waktu yang lalu, saya mulai menulis blog secara rutin.
Dari segi kuantitas tentu lumayan membanggakan. Dari segi kualitas, saya kira belum tentu. Saya tidak memungkiri kalau memang kenyataannya ada orang yang bisa menulis dengan kecepatan tinggi dan mendapat validasi bahwa kualitasnya bagus.
Ada orang yang bisa lulus dari program doktoral dalam waktu dua tahun.
Ada orang yang bisa memproduksi tulisan akademik dalam waktu kilat dan dipublikasikan dalam kecepatan tinggi. Semua itu realita. Tapi itu semua hanya kelompok orang kecil yang memang spesial. Saya tidak merasa diri saya spesial.