Dipaksa
Usai berbagai macam musibah datang dan memeluk ku dengan erat serta mencumbu ku penuh birahi. Aku dipaksa harus selalu mau mengerti kehendak illahi.
Aku dipaksa mengingatnya disetiap detak jantungku berbunyi sambil menyebutkan keagungan namanya, kemurahannya dan segala-galanya. Agar aku mulai tersadar dan menyadari dari kecongkakan serta kesombogan diri ku.
Aku dipaksa bergumul dengan air dan api berselimut langit sambil mendekap bumi disetiap hari disiang dan malam. Sampai mulutku berucap kata ampun dan ampun.Â
Memang aku harus dipaksa oleh keadaan agar tersadar. Dan aku pu menikmatinya dengan penuh kesabaran, meskipun pahit serta menderita. Tetapi semua ini belum lah seberapa, dibandingkan dengan rasa penyesalan ku atas kesalahan ku.
Memang aku harus dipaksa untuk balik kedalam nurani, aku harus mendekam didalam bejana mu. Membersihka semua kotoran-kotoran batin dan pikiran ku. Supaya aku kembali menjadi bersih dari kemunafikan dunia.
Karena memang aku harus dipaksa untuk sadar. Bahwa aku orang lemah tak punya daya dihadapannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H