Mohon tunggu...
Yan veraosmana
Yan veraosmana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Glang-Glong Swasta
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi Ngerokok lan Ngopi

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Berusaha Melupakan Sesuatu Hal Buruk Maupun Baik

31 Oktober 2022   15:11 Diperbarui: 6 November 2022   19:41 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semangat Dari sebuah Usaha Melupakan

Melupakan sesuatu hal yang teramat sakit memang lah susah. Apalagi sesuatu yang menyakitkan, terutama berkaitan hati. Ya, itulah pengalamanku, saat aku berjaya diatas segalanya. Namun harus lenyap karena kepongahan teman-teman baik ku.

Terkadang orang yang tidak tahu detailnya, dengan mudah menasehatiku untuk bangkit dan harus selalu bersemangat, guna menuai harapan baru, pengalaman baru. Namun sejujurnya, benaku pun bertanya kepada mereka. Pernahkah kalian belajar memahami? Pernahkan kalian mengalami?

Kalau kalian pernah, pasti akan berujar. Bahwa melupakan sesuatu menyakitkan adalah jalan panjang nan gelap, penuh lubang dan mendaki, yang mana harus kutempuh sendiri. "Dan aku harus melangkah pelan-pelan, agar tak jatuh dan tetap bisa sampai ke tujuan. Ditengah rasa pengap dan lelah". Coba pahami dan mengerti lah dulu kawan.

Itulah alasan sederhana ku, merenung serta menjauh dari peradaban pergaulan. Sakit memang, karena disaat itu pula, tanggungjawab ku sebagai kepala keluarga harus terus dilaksanakan. " memang sakit sekali rasanya, disaat orang tak tahu menahu, menghakimi dari sisi itu, bahkan orang-orang tersebut sengaja menjauhkan. Tanpa pernah merasakan bergaul, berbisnis, berkarya denganku. Picik licik memang dunia fana ini, tapi mau bagaimana lagi, itu lah adanya".

Untuk sementara ini, aku akan menjauh dulu. Hingga alam semesta menuntunku kembali. Sambil membukakan hati para durjana dunia. Dan itu juga, salah satu alasanku tidak ingin lagi bertatapan dengan matanya dan mata kalian, untuk saat ini maupun di hari depan. Sebab, jujur Aku sangat takut, aku tak ingin jatuh lagi pada lubang yang sama dengan luka yang sama pula.Ingat kawan!!!, Rasa sedih dihatiku jelas sangat butuh waktu yang panjang untuk pulih kembali. Dan aku mohon, jangan ganggu aku dengan segala nasehatmu. Lantaran untuk sementara aku akan tetap menjauh dulu, agar hidupku bisa kujalani dengan seharusnya lagi. Miniti harapan ditengah kepasrahan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun