Aku sengaja membiarkan jendela rumahku terbuka
Ketika sang rembulan mulai mengintip dukaku
Memberi jalan pada hembus angin yang menggigil
Menambah luka yang menganga semakin dalam
Goresan yang teramat pilu itu telah berlalu
Bersama purnama yang perlahan berganti
Namun perih yang ditinggalkan mencipta bekas
Yang tak pernah ia sadari ada air mata yang mengalir
Entah rindu ini akan berakhir pada muara yang seperti apa
Taman-taman kembang yang menyejukkan pandang
Atau jurang yang memeluk kenestapaan
Atau bahkan pada siksa yang membunuh secara perlahan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H