Semua seketika hening, saat suara sumbangku mulai memecah keramaian
Mata-mata tak berdosa itu bening, tertuju pada dongeng yang kubacakan
Sesekali mulut-mulut suci itu menimpali ucapanku, yang kadang buatku kembali belajar
Karena tanyanya di luar angan pikir orang dewasa
Padahal aku bukanlah pendongeng handal yang mereka kira
Tapi takdir memaksa bercerita pada semesta yang tak pernah kuduga
Aku takut kisah yang kurajut tak membekas indah di hati yang murni tak berbekas dusta
Yang kan diingat sampai kelak hidup mereka besar
Matanya menatap lekat tepat ke arahku
Tapi matanya juga mendengar, apalagi juga berbicara
Saat kubalas dengan tatapan lelahku