Mohon tunggu...
Nurul Yamsy
Nurul Yamsy Mohon Tunggu... Penulis - .

Jika ucap tak lagi mampu berkata, biarlah kata yang mengungkap

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Perempuan di Balik Jendela

12 Juli 2022   23:29 Diperbarui: 12 Juli 2022   23:39 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perempuan di Balik Jendela

Nyatanya dia masih terjebak dalam kenangan masa lalu. Terpasung dalam rindu-rindu yang menyiksa. Kadang ia bertanya pada Sang Maha yang layak dirindui. Apakah seperih ini perasaan rindu mendera.

Nyatanya ia masih bertopang dagu di di balik jendela kayu rapuh itu. Memandang kenangan-kenangan yang menguar begitu saja di depan mata. Memenuhi segala yang dipandang sampai batas yang tak lagi dapat dijangkau netra itu.

Nyatanya ia masih berdiri pilu di balik jendela itu. Sendirian. Membisikkan dengan keras perihal rindunya agar semesta mendengar. Meneriakkan dengan lirih perihal sesaknya merindu, agar udara yang ia hirup tak mendengar kesedihannya.

Apa yang lebih menyakitkan dibandingkan perempuan di balik jendela itu. Merindu dengan sendiri. Menangis dalam sepi. Kepada siapa ia harus mengaduhkan rasa rindu itu. Kepada langit malamkah. Kepada kesunyiankah. Atau kepada puisi-puisinya yang mulai rapuhkah. Entahlah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun