Goa Coban Perawan merupakan salah satu tempat wisata yang masih belum banyak terjamah oleh para wisatawan. Goa Coban Perawan terletak di Dusun Umbulrejo, Desa Sidodadi, Kecamatan Gedangan, Kabupaten Malang. Jarak dari Kota Malang menuju Goa Coban Perawan kira-kira menghabiskan waktu kurang lebih dua jam. Namun lamanya perjalanan tersebut akan terbayar dengan keindahan pesona Goa Coban Perawan dan banyak pelajaran hidup yang akan didapat di sana.
Karena letak Goa Coban masih sangat alam, maka para wisatawan dianjurkan saling menghormati dan menjaga sesama makhluk hidup. Menurut penuturan pengelola Goa Coban Perawan, apabila terdapat satu unsur yang rusak dalam suatu rantai ekosistem, maka rantai ekosistem tersebut tidak bisa berjalan lagi dengan baik. Selain keharusan menjaga adab antara manusia dengan alam, menjaga keselamatan diri juga diperlukan saat berkunjung ke Goa Coban Perawan.Â
Sebelum menuju lokasi Goa Coban, maka wisatawan harus mengenakan pelampung, dan helm, serta senter demi keselamatan. Mengapa harus menggunakan pelampung? Mungkin ini salah satu perbedaan yang dimiliki Goa Coban Perawan dengan coban-coban lainnya.Â
Untuk menuju Goa Coban, maka wisatawan harus melewati jalan setapak terlebih dahulu, dan untuk sampai ke coban, maka wisatawan harus berenag di dalam goa. Untuk itu setiap wisatawan harus menggunakan pelampung.
Para wisatawan yang tidak bisa berenang tetap bisa menikmati keindahan Goa Coban Perawan. Pelajaran pertama yang bisa diambil adalah, jangan takut pada ketakutan. Jika terdapat wisatawan yang takut tidak bisa berenang, maka kekhawairan tersebut harus dihilangkan, dan ditanamkan keyakinan yang kuat tidak akan tenggelam. Para wisatawan yang tidak bisa berenang akan dibimbing oleh guide yang bertugas di sana.Â
Satu hal yang perlu diperhatikan lagi adalah adanya keterbukaan antar anggota kelompok, karena untuk masuk ke Goa Coban Perawan harus berkelompok, maka setiap anggota kelompok harus mengetahui mana yang bisa berenang dan anggota mana yang tidak bisa berenang. Salaing terbuka diperlukan dalam perjalanan kali ini.
Setelah semua peralatan yang digunakan siap, maka perjalanan bisa dimulai dengan menuju mulut goa, dan memasukinya. Saat di dalam goa, adab tetap dijaga. Instruksi dari guide harus didengarkan dan dilaksanakan, apabila terdapat salah satu anggota yang kesulitan dalam melaksanakan instruksi, maka anggota yang lain wajib membantunya. Hal ini persis seperti kehidupan manusia yang dianjurkan untuk saling mengingatkan dan tolong menolong.
Perjalanan di dalam goa terus berlanjut, sampai ada bagian di mana wisatawan harus benar-benar merangkak. Pelajaran yang dapat diambil di bagian ini adalah, setinggi apapun gelar seorang manusia, sekaya apapun hartanya, sepandai apapun dirinya tetaplah untuk bersikap rendah hati, tundukkan hati dan jangan berjalan dengan membusungkan dada lagi mendongakkan kepala. Karena setiap manusia harus sadar masih ada yang lebih Maha.Â
Setelah melewati perjalanan dengan merangkak, wisatawan diperbolehkan istirahat sejenak menghirup oksigen. Karena aka nada bagian di dalam goa yang banyak mengandung oksigen. Seperti hidup, jika lelah maka beristirahatlah barang sejenak, tapi bukan untuk menyerah melainkan untuk melanjutkan pencapaian tujuan.
Setelah dirasa cukup beristirahat, maka perjalanan dilanjutkan. Selama perjalanan, para wisatawan akan dimanjakan dengan adanya batu stalagmit dan stalaktit, batu yang berbentuk paha, batu singgasana, batu dengan lukisan alam, aliran air yang jernih dan udang yang berada di dalamnya, dan yang tak kalah menarik adalah adanya batu yang berkilauan.Â
Semua pesona keindahan tersebut tentu adanya kuasa Allah swt, dan tugas kita sebagai manusia adalah menjaganya. Adapun tujuan terakhir dari perjalanan di goa ini adalah menuju sebuah telaga yang dinamakan telaga awet muda. Di telaga tersebut, wisatawan bisa dengan puas mandi di telaga awet muda tersebut. Konon kata penduduk setempat, siapa yang mandi di telaga tersebut akan awet muda.