Mohon tunggu...
Nurul Yamsy
Nurul Yamsy Mohon Tunggu... Penulis - .

Jika ucap tak lagi mampu berkata, biarlah kata yang mengungkap

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Vektor Kehidupan

5 September 2018   17:04 Diperbarui: 5 September 2018   18:10 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sellyphysicsstory.blogspot.com

Assalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.


Bagaimana kabar pembaca yang budiman?
Mungkin pembaca bertanya-tanya tentang tulisan ini.
Dua kata dalam judul tulisan ini. Vektor dan kehidupan. Apakah hubungannya,  sepertinya tidak ada hubungannya.  Memang tidak ada hubungannya.  Tapi jika ingin diambil makna yang tersirat dari vektor, maka akan ada hubungannya dengan kehidupan ini.

Jika dilihat dari sisi matematika,  vektor adalah segmen garis yang berarah.  Dan apabila ditinjau dari sudut pandang fisika, vektor adalah besaran yang berarah. Sama-sama memiliki arah bukan? Lalu jika dihubungkan dengan kehidupan, setiap manusia yang dilahirkan ke dunia pasti tak lain mereka memiliki tujuan. Setiap hidup manusia meiliki tujuan. Jika dalam Agama Islam diketahui bahwa tujuan manusia diciptakan di dunia ini tak lain hanya untuk beribadah kepada Allah. Beribadah di sini tidak hanya melakukan sholat,  puasa saja. Tapi segala yang dilakukan manusia jika diniatkan untuk mencari ridho Allah adalah ibadah. Dari uraian tersebut,  bisa diketahui bahwa sebenarnya hidup yang dijalani ini mempunyai tujuan dan arah.

Kembali lagi mengenai vektor.  Vektor mempunya arah,  seperti kehidupan yang dijalani ini.  Arah vektor ada yang menuju kanan,  menuju kiri,  ke atas, ke bawah,  ataupun ke arah lainnya. Jika sudah belajar tentang vektor, pasti sudah mengetahui bagaimana cara menghitung besar vektor atau resultan yang ada. Apakah semua segmen garis vektor yang ada dijumlahkan hingga menjadi panjang?  

Tentu saja bukan. Melainkan jumlah vektor adalah jarak antara titik awal dan titik akhir vektor itu sendiri. Dan hasilnya,  tergantung berada di kuadran mana vektor itu berakhir. Apakah di kuadran 1 yaitu daerah positif, 2 yaitu daerah negatif, 3 yaitu daerah negatif, ataukah 4 yaitu daerah negatif? Dan apakah arahnya menuju positif ataulah menuju negatif? Nah.. ini akan mengingatkan pada proses hidup kita. 

Dalam kehidupan,  ada saat di mana iman kita naik, maka ini seperti arah vektor menuju positif. Ada kala saat iman kita sedang turun,  ini menunjukkan arah vektor menuju nilai negatif atau turun. Saat kita berbuat baik,  atau saat kita sedang khilaf, semua memiliki arah vektor masing-masing. Tinggal bagaimana kita yang menjalankan kehidupan ini.  Kita menginginkan akhir vektor kita di kuadran berapa.

Kita menginginkan akhir yang khusnul khotimah ataukah su'ul khotimah.  Itu tergantung dari kehidupan kita masing-masing.

Memang belajar ilmu eksak,  seperti matematika tidak bisa secara langsung menemukan kemanfaatannya. Tapi jika ditelaah lebih jauh,  akan ada pelajaran tersirat yang sangat berharga.  Tapi kadang kita tak menyadari hal itu.

Semoga bermanfaat. Terima kasih kepada Bapak Abdussakir, dosen Tadris Matematika UIN Malang  yang telah berkenan menyampaikan ilmu ini.

Wassalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun