Assalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.
"Dari Abu Hurairah, bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, tanda-tanda orang munafik ada tiga: jika berbicara dia berdusta, jika berjanji dia mengingkari, dan jika diberi amanah dia berkhianat." (HR. Al-Bukhori)
Hadits di atas bisa kita jadikan dasar untuk membangun kepercayaan yang baik dengan teman kita atau seseorang yang kita percayai untuk bisa menjaga suatu rahasia kita. Karena kepercayaan adalah hal yang sangat langka dicari di zaman seperti ini.
Dalam dunia pendidikan, khususnya dalam bidang bimbingan konseling yang sering dijadikan tempat curhat oleh para siswanya. Karena tidak semua guru BK bisa menjaga rahasia dari siswanya. Ini menyalahi kode etik yang seharusnya dilakukan oleh seorang konselor. Karena salah satu hal yang harus dilakukan oleh seorang konselor adalah bisa menjaga rahasia dari konseli. Karena konseli telah mempercayakan masalahnya kepada konselor, maka konselor harus bisa menjaga rahasia tersebut agar tidak sampai bocor kepada orang lain. Jika hal tesebut sampai terjdi, maka akan buruk citra BK di mata siswa, sehingga mereka enggan menceritakan masalahnya kepada BK. Padahal tugas dari BK adalah membantu siswa dalam menghadapi atau menyelesaikan masalahnya. Jika saja guru BK faham akan hadits di atas, maka guru BK akan dengan hati-hati menjaga suatu amanah yang telah dibebankan kepada mereka.
Berbicara tentang BK, lalu bagaimana jika ada siswa atau konseli yang belum sepenuhnya percaya kepada guru BK untuk bisa membantu menangani kasusnya?
Dalam permasalahan yang seperti ini, hal pertama yang harus dilakukan oleh konselor dan konseli adalah membangun hubungan yang baik, sehingga nantinya akan terbentuk kepercayaan yang baik pula. Lalu bagaimana cara membangun kepercayaan yang baik? Membangun kepercayaan ini harus dilakukan oleh kedua belah pihak, baik pihak konselor maupun pihak konseli. Jadi mereka harus saling mempercayai satu sama lain.
Yang perlu dilakukan oleh konselor adalah, ciptakan terlebih dahulu hubungan yang bersahabat, karena dengan terjalinnya persahabatan antara konselor dan konseli ini memungkinkan konseli lebih bisa menumbuhkan sikap percayanya. Selanjutnya, jangan meminta konseli untuk langsung menceritakan masalahnya, ajak konseli berbicara mengenai hal-hal yang membuatnya nyaman saat berbicara. Dari kenyamanan itulah nanti akan timbul kepercayaan yang dibutuhkan. Kemudian berusahalah untuk meyakinkan pada konseli bahwa apa yang konseli ceritakan akan aman berada di tangan konselor, itu bisa dibuktikan dengan tersimpannya rahasia konseli dan tidak dibuka ke siapapun. Hal ini juga bisa dilakukan dengan mengadakan kesepakatan atau perjanjian terlebih dahulu antara konselor dan konseli untuk menjaga rahasia atau masalah yang dimiliki konseli, dan menandatangani kesepakatan tersebut di atas kertas.
Selain melakukan hal-hal tersebut, untuk bisa mendapatkan kepercayaan dari konseli, seorang konselor harus mempunya rasa empati terhadap konselor, bisa merasakan apa yang dirasakan konseli. Konselor juga diharapkan bisa membaca perilaku konseli baik itu dari segi verbal maupun nonverbal.
Dan yang sehausnya dilakukan oleh konseli adalah berusaha menceritakan masalahnya tanpa ada yang ditutup-tutupi. Maksudnya adalah masalah yang diceritakan harus apa adanya, tidak ditambah atau dikurangi. Tapi yang paling penting di sini adalah bagaimana hubungan antara konselor dan konseli dapat tercipta dengan baik. Sehingga konseli juga bisa dengan nyaman menceritakan masalahnya kepada konselor.
Jadi sebelum melakukan konseli, alangkah baiknya hubungan antara konselor dan konseli terbangun dengan baik, sehingga akan membantu memperlancar proses konseli yang akan berlangsung. Karena dalam proses konseling tidak bisa masalah selesai dalam satu kali tatap muka, harus dilakukan beberapa kali tatap muka, karena dalam penyelesaian masalanya ada beberapa proses yang harus dilalui.
Semoga bermanfaat.