Mohon tunggu...
Abdussalam J. Yamjirin
Abdussalam J. Yamjirin Mohon Tunggu... Guru - Teacher, Art, Linguistics, Classic Literature

Merayap senyap di sela ilalang kata, meniti jejak samar pijar dunia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Jangan Pilih Jurusan Kuliah Semata karena Prestisenya, Kenapa? Ini Alasannya..

26 April 2024   13:21 Diperbarui: 26 April 2024   13:35 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: pexels.com

Mumpung masih musim PMB (Penerimaan Mahasiswa Baru), nampaknya relevan jika saya katakan pada rekan-rekan dengan anak/adik yang hendak masuk ke perguruan tinggi, atau malah mungkin anda sendiri yang sedang membaca tulisan ini: "Sangat urgen pilih jurusan kuliah karena bakat & passion, bukan gengsi."

Pilihan studi yang tak sejalan dengan minat bakat, apalagi didorong ekspektasi eksternal seperti prestise sosial, berpotensi "mentrigger" konsekuensi psikologis negatif seperti stres hingga depresi. Ini karena dia secara konstan slalu berada di luar zona nyamannya, berjuang melawan arus setiap waktu, dan harus (terus) beradaptasi sepanjang waktu dengan tuntutan akademik & profesional yang kontras dengan skillnya. Kalau siap, silahkan.

Memilih jurusan kuliah berdasarkan motivasi intrinsik seperti passion & bakat, bukan motivasi ekstrinsik seperti gengsi sosial, terbukti dapat meningkatkan kesejahteraan mental & mengurangi risiko depresi pada mahasiswa. Kalau sesuai passion & nggak depresi, ke depan pun bisa terus berkembang, karena dia tahu apa yang harus dia lakukan untuk mengembangkan dirinya.

Pada era ketika saya menempuh pendidikan menengah atas dulunya, banyak di antara rekan sebaya yang mungkin memilih jalur Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) disebabkan oleh adanya stereotip yang telah mengakar dalam masyarakat bahwa jurusan IPA merupakan pilihan bagi mereka yang berprestasi akademik, sedangkan jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dilihat sebagai opsi bagi siswa-siswa yang dianggap kurang pandai. Stereotip fatal semacam ini, meski terdengar sepele, secara nyata memberikan dampak diskriminatif terhadap individu berdasarkan jurusan mereka di tengah masyarakat.

Padahal, pemerintah menyajikan dua jalur pendidikan ini bukan semata untuk mengakomodasi image semata, tetapi sebagai upaya untuk menawarkan ruang belajar yang sesuai dengan minat dan bakat masing-masing peserta didik. Karena inti dari belajar bukanlah pada pencitraan, melainkan pada pemenuhan kebutuhan individual akan ilmu pengetahuan. Akibatnya, ketika tiba saatnya ujian nasional, yang dahulu disebut Ujian Akhir Nasional (UAN), banyak siswa tertekan dan depresi, menyadari bahwa pilihan jurusan yang mereka buat ternyata tidak begitu relevan, mulai paham bahwa yang penting adalah pemahaman yang mendalam terhadap materi yang dipelajari, bukan gaya-gayaan.

Jadi, pesan yang hendak saya sampaikan adalah, pada dasarnya, pilihlah jurusan perguruan tinggi sesuai dengan minat dan bakat anda. Jika anda memahami bidang yang anda geluti, maka kesempatan untuk meraih kesuksesan dalam karier yang sesuai dengan bidang studi anda itu akan lebih besar. Sebaliknya, jika anda memilih jurusan hanya karena tekanan sosial atau popularitasnya, meskipun jurusan tersebut dianggap memiliki prospek karier yang cerah, anda mungkin akan kalah bersaing dengan mereka yang memang memiliki bakat yang mendalam terhadap bidang studi tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun