Mohon tunggu...
Munir Sara
Munir Sara Mohon Tunggu... Administrasi - Yakin Usaha Sampai

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian” --Pramoedya Ananta Toer-- (muniersara@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Alor, Pulau Emas yang Perlu Disentuh

1 Mei 2014   21:20 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:58 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_305328" align="alignleft" width="335" caption="Teluk kalabahi yang menyimpat aset kepariwisataan (sumber :munir.doc)"][/caption]

Beberapa waktu lalu saya menulis soal core bisnis Kabupaten Alor dan arah politik pembangunan. Dalam tulisan singkat itu, saya paparkan; kita punya potensi laut dan perikanan yang mumpuni. Lahan kering kita pun luar biasa. Tapi fungsinya belum berorientasi pasar (market oriented).

[caption id="attachment_305336" align="alignleft" width="346" caption="Pemanfaatan lahan kering yang belum mengangkat bran image Kab Alor (ms.doc)"]

1398928530394309247
1398928530394309247
[/caption]

Pemanfaatannya masih konvensional; dengan tanaman umur pendek musiman yang berorientasi konsumsi.

Dari sisi perikanan, tingkat kelimpahan ikan di perairan Alor mendekati ribuan ekor per m2 luas laut. Selain itu, potensi wisata bahari juga menjadi core bisnis yang tak kalah hebat. Namun kita cuma butuh infrastruktur dasar yang bisa menjembatani tumbuhnya sektor-sektor ekonomi produktif berbasis keunggulan daerah.

Maraknya sektor usaha budidaya rumput laut yang menyebar di kawasan Pulau Pantar, adalah indikator pertumbuhan yang harus ditangkap sebagai gejala kebangkitan ekonomi berbasis rakyat.

[caption id="attachment_305332" align="alignleft" width="208" caption="Budidaya rumput laut di Pulau Pantar-Alor, indikasi kebangkitan ekonomi berbasis rakyat (ms.doc)"]

13989282251687708428
13989282251687708428
[/caption]

Mereka (masyarakat pesisir) hanya membutuhkan bantalan modal dan market space. Pemerintah daerah harus bekerja keras untuk ini. Agar harga budidaya rumput laut bisa lebih kompetitif. Dalam rangka meningkatkan daya beli masyarakat Alor. Untuk me-reforce sektor ini, sinergi pemerintah daerah dan perbankan serta institusi pembiayaan lain pun harus terus di-revitalisasi.

[caption id="attachment_305337" align="alignleft" width="208" caption="Situs sejarah peninggalan 1500 tahun silam di Alor, yang menjadi aset wisata kab Alor (ms.doc)"]

13989286582053549910
13989286582053549910
[/caption]

Kita berharap, sumber daya ekonomi lokal andalan bisa menjadi “brand image” untuk mengangkat citra Kabupaten Alor. Kita bisa mencontoh Gorontalo. Dengan Jagung yang berorientasi agro, pemerintah Gorontalo bisa mengangkat citra daerahnya ke level nasional. Saya berharap, suatu waktu Kabupaten Alor bisa mempunyai sumber daya lokal andalan, untuk mengangkat citra Kabupaten Alor ke level nasional dan internasional.

Dari sisi PAD, hingga saat ini, kita belum punya sektor pendapatan andalan berbasis keunggulan lokal. Pendapatan daerah kita di Alor masih sporadik. Daya tahan (survevilitas) fiskal daerah masih mengandalkan dana perimbangan.

Alokasi DAU & DAK pun pemanfaatannya belum bersinergi dengan basis potensi ekonomi lokal (core bisnis lokal). Sebagai kabupaten dengan hamparan beberapa pulau, mestinya kita punya pelabuhan moderen yang menyebar di beberapa titik pulau. Dengan moda transportasi laut yang setiap saat dapat meng-koneksikan penghasilan masyarakat ke sentra-sentra pasar di (Ibu kota kabupaten). Lambatnya konektivitas antar pulau, menyebabkan saluran ekonomi masih tersumbat.

Press down belanja Birokrasi

Beberapa waktu lalu, Wakil Bupati Alor Drs. Imran Duru menyampaikan pada saya; “perjalanan dinas SKPD Alor periode sebelumnya yang tidak dapat dipertanggungjawabkan mencapai ± Rp. 3 miliar”.

Tambunnya biaya perjalanan dinas ini, belum lagi ditambah belanja birokrasi lainnya yang tak jelas. Dan juga perjalanan dinas fiktif. Atau meminjam istilah Bupati Alor Drs Amon Jobo ; “SPPD Jamu”

Hemat saya, belanja birokrasi ini harus di press down hingga di bawah 50% APBD Alor. Masyarakat (civil society) lokal serta DPRD harus mengontrol penyakit birokrasi ini secara ketat.

SKPD yang belanja birokrasinya termasuk perjalanan dinas melampaui 50%, harus diberi sanksi (punishment). Misalnya anggaran untuk APBD tahun berikut dipotong sekian persen untuk SKPD yang nakal dan jahil.

Regulasi daerah harus diperketat untuk urusan ini. Dalam rangka efisiensi belanja daerah. Hasil penghematan diarahkan ke belanja barang dan modal, semisal infrastruktur dasar dan belanja produktif sejenisnya yang berorientasi pertumbuhan (growth) danperluasan lapangan kerja(employment).

Upaya reformasi birokrasi oleh Amon-Imran dengan memutasi pegawai yang sekian lama bertugas di kota ke desa-desa terpencil, juga perlu disambut baik. Dalam rangka menancapkan paradigma pembangunan dari desa ke kota. Agar pengalaman tata kelola kelembagaan pemerintah di perkotaan dapat di transfer ke desa-desa terpencil.

Kelak kita berharap, distribusi anggaran pembangunan daerah pun paradigmanya sama; yakni dari desa ke kota. Dengan menjadikan desa sebagai basis pertumbuhan ekonomi, kelak kabupaten Alor akan tumbuh sebagai daerah dengan fondasi ekonomi terkuat. Paradigma ini harus tercermin dalam postur APBD Kabupaten Alor. Terutama pada pos belanja APBD.

Arah politik pembangunan

[caption id="attachment_305334" align="alignleft" width="360" caption="Potensi wisata Pulau Kepa-Alor yang perlu mendapat sentuhan infrastruktur (ms.doc)"]

1398928365796248227
1398928365796248227
[/caption]

Untuk mendorong semua sektor ekonomi di atas, kita butuh stabilitas politik daerah yang baik. Dan juga konektivitas politik dari daerah ke pusat. Dorongan politik ini muaranya untuk menggali sumber dana pembangunan yang berasal dari kantong APBN.

Sebagai misal, lobi-lobi pusat yang efektif dapat memperlancar distribusi anggaran-anggaran parkir yang bersumber dari hasil optimalisasi APBN. Cara ini bisa ditempuh melalui wakil-wakil rakyat di DPR dan senator yang mewakili kepentingan kabupaten Alor. Merekalah yang menjadi medium politik anggaran yang bisa didayagunakan.

Stake holder daerah, Pemerintah, DPRD dan masyarakat harus punya cammon sanse, untuk membangun pilar politik yang berorientasi pembangunan. Bukan sebaliknya, menjadikan institusi pemerintahan daerah sebagai lahan memanen harta haram.

Di pemilihan legislatif 2014, kita sudah mencium tanda-tanda baik. Kesadaran politik rakyat dan pemerintah Kabupaten Alor, sudah mulai bersinergi dengan politik pembangunan. Ke depan “arah politik” ini harus terus dijaga dan dirawat. Dalam rangka menjadikan politik dan pembangunan sebagai dua jalan “satu arah” dalam memakmurkan masyarakat Alor. Semoga.[]

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun