*
Di KRL pagi tadi, saya membaca berita kekhawatiran NPL bank. Demikian juga sektor usaha yang faktor produksinya bergantung ke harga BBM.
Karena begitu daya beli tergerus, risiko NPL berpotensi meningkat. Meski insentif restrukturisasi masih ada, berpotensi membengkak. Lagi-lagi feedback-nya ke APBN juga.
Termasuk lembaga pembiyaan non bank seperti leasing tertentu. Rata-rata yang kredit motor adalah kelas menengah ke bawah.
Mereka inilah yang terkategori rentan, bila mengalami spending shortage. Apalagi tidak semua masyarakat dicover APBN melalui Perlinsos.
Sisa luka memar/scarring effect pandemi masih ada. Namun dinamika dan fluktuasi ekonomi belum melandai. Jangan biarkan lukanya membusuk.
Pemerintah perlu memutakhirkan data penerima manfaat Bansos. Agar anggaran dan penyerapaan untuk Bansos benar-benar presisi.
Tata kelola distribusi subsidi harus extra regulations. Spending better harus berdampak pada longgarnya ruang fiskal. Dengan cara itu, agar APBN tetap berperan sebagai shock absorber. Civil society pun tak lengah, mengawal pemerintah, agar on the right track !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H