Seiring revolusi 4.0, transmisi digitalisasi akan menumbuhkan gig economy, karena pasar tenaga kerja kian terdisrupsi menjadi cenderung artifisial. Bila ekonomi kreatif menyumbang 6,98 persen terhadap PDB 2021, dan diperkirakan terus meningkat kedepan, maka industri performing art berpeluang tumbuh lebih besar seiringnya.
Tak luput, hal tersebut ikut mendorong bertumbuhnya gig economy beserta turunanya. Berdasarkan riset Universitas Airlangga (2019), sepertiga dari 127 juta total tenaga kerja Indonesia merupakan freelancers atau independent contractors.
Sementara pertumbuhan yang dialami oleh Gig Economy sepanjang 5 tahun terakhir mencapai 200%. Dalam rilis International Conference on Management in Emerging Markets (ICMEM) 2020, menyebutkan Gig Economy secara global akan mencapai US$ 455 miliar pada 2023.
Diferensiasi sektor formal dan informal dalam struktur pasar tenaga kerja menjadi tipis, karena peluang orang-orang seperti Jeje, Roy dan Bonge mendulang puluhan juta per pekan dalam berbagai performing art. Pekerjaan yang lebih menjanjikan di ceruk milenial.
Terlepas dari itu, dari cara pandang oposisi biner dunia fashion, Jeje, Roi dan Bonge mampu menabrak tembok fashion mainstream yang tampak high class dengan suatu fashion gimmick yang "anti-fashion." Bak Harajuku Style, timeless dan menabrak pakem fashion yang tampak tak tersentuh.
Apa jadinya? Jeje Slebew effect, telah memantik model seperti Paula Verhoeven turun gunung. Model papan atas yang pernah menggondol piala Elite Model Look 2003 itu ikut berlenggak-lenggok di fashion street style ala Citayam Fashion Week.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H