Mohon tunggu...
Munir Sara
Munir Sara Mohon Tunggu... Administrasi - Yakin Usaha Sampai

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian” --Pramoedya Ananta Toer-- (muniersara@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Presiden Marahi Kepala Daerah

6 Mei 2021   15:09 Diperbarui: 6 Mei 2021   15:18 422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (sumber: sindo)

Data PDB Q1 2021 baru saja di announce 5/Mei 2021 oleh BPS. Ekonomi masih resesi. Pertumbuhan ekonomi masih mangkrak di zona kontraksi -0,74%. Tumbuh 1,45% dari kuartal IV 2020 (q-to-q). Namun pertumbuhan tersebut belum mampu menyeret ekonomi Indonesia keluar dari zona kontraksi.

Dua hari lalu, saya nonton di TV, dengan nada sedekit dongkol, presiden RI meminta kepala daerah agar jangan endapkan uang di bank daerah. Segera realisasi APBD. Data presiden menyebutkan, ada anggaran Rp.182 triliun yang mengendap di bank daerah.

Pada Q1 2021, belanja pemerintah tumbuh positif 2,96%. Namun belum optimal. Berkebalikan dengan keterangan BPS, dimana realisasi APBD terkait belanja barang, belanja jasa dan belanja pegawai masih mengalami kontraksi. Ini yang membuat pertumbuhan PDB (menurut pengeluaran) dari sisi konsumsi pemerintah tidak optimal.

Pertumbuhan ekonomi Q2 2021 (sumber: BPS)
Pertumbuhan ekonomi Q2 2021 (sumber: BPS)
Salah satu faktor rendahnya penyerapan APBD dari sisi belanja barang dan belanja modal juga disebabkan oleh lesunya dunia usaha di sektor konstruksi. Modal kerja menjadi salah satu faktornya. Meskipun pemerintah dan sektor perbankan sudah memberikan relaksasi seperti restrukturisasi kredit dan relaksasi pajak.

Data BPS juga memperlihatkan, bahwa konsumsi Rumah Tangga masih di zona kontraksi -2,23%. Berbagai langkah stimulus daya beli sudah digenjot, namun bertumbuhannya agak berat keluar dari zona negatif. Pembatasan sosial termasuk pengetatan aturan mudik juga menjadi barrier terhadap momentum pertumbuhan ekonomi dari sisi konsumsi RT.

Dari sisi PDB menurut lapangan usaha, sektor pertaian yang tumbuh positif 2,95%. Sektor pertambangan, konstruksi, manufaktur/industri olahan dan perdagangan dan reparasi serta sektor lainnya masih dizona negatif.

Gelombang kedua Covid-19 di beberapa negara menjadi salah satu pemicu. Termasuk faktor eksternal seperti spekulasi inflasi dan suku bunga kebijakan AS yang berdampak pada capital out flow di sektor keuangan dan pasar modal.

DPR bersama pemerintah, terus menjaga konsistensi program mitigasi kesehatan dan ekonomi selama masa pandemi. Seperti tanggung renteng antara pemerintah dan otoritas moneter dengan berbagai bauran kebijakan.

Semoga momentum pertumbuhan konsumsi pada ramadhan, lebaran dan tahun ajaran baru nanti berbuah manis pada pertumbuhan ekonomi di Q2 2021. Amin ya Rabbal alamin. Semoga

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun