Mohon tunggu...
Munir Sara
Munir Sara Mohon Tunggu... Administrasi - Yakin Usaha Sampai

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian” --Pramoedya Ananta Toer-- (muniersara@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Jangan Underestimate dengan Toilet

4 Oktober 2016   12:19 Diperbarui: 4 Oktober 2016   22:59 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Satu kebiasaan sebelum menulis dari saya yang paling jorok tapi solutif adalah, nongkrong di toilet puluhan menit, sembari browsing dan  membaca Catatan Pinggir Gunawan Muhammad di TEMPO; ditemani satu batang rokok Sampoerna. Dua benda ini seperti penongkat jendela cakrawala dan imajinasi saya. Setelah keluar dari toilet, sontak ide menulis selalu bertumpuk-tumpuk, tinggal milih, mau nulis apa.

Konon menurut Fiqhi Islam, toilet adalah salah satu terminal setan mempecundangi manusia. Karenanya, dalam fiqhi; mulai dari masuk toilet hingga keluar, ada bacaan dan amalannya agar tak digoda setan. Itu saya pelajari dari sekola di Madrasah, Tsanawiah hingga Aliyah dalam mata pelajaran Ibada Syariah bab thaharah. Dalam pendidikan Islam, bab yang pertama kali di ajarkan itu soal thaharah (kebersihan)

Tapi pengalaman saya, toilet itu seperti surga imajinasi untuk menulis semua soal. Sampai sekarang, saya pun belum “ngeh” Fiqhi yang begitu sensi pada toilet dan toilet yang menjadi surga imajinasi, saling ngotot dan sulit didamaikan dengan pendekatan fiqhi dari mazhab manapun.  

Mungkin karena itu, di negara-negara maju seperti di Eropa dan Jepang, meski mereka tak pernah belajar fiqhi tharah, di rumah dan ruang publik, mereka membuat toiletnya senyaman mungkin. Konon biaya membuat toilet di negara-negara maju ini, anggarannya bisa mengalahkan biaya bangunan rumah kawasan Pondok Indah.

Kasarnya, anggaran membuat toilet paling nyaman di Eropa sana, kira-kira setara dengan rumah paling nyaman di Indonesia. Mungkin saja karena Toilet mereka yang nyaman, membuat imajinasi orang di Barat sana luar biasa hebat. Lihat saja film-film Holywood. Industri film mereka adalah proyek imajinasi yang bisa meraup untung juataan dollar. Ini Cuma dugaan saya saja.

Mungkin karena toilet itu penting, ada salah satu pejabat di Indonesia, kalau datang di daerah, atau di tempat ia kunjungan kerja, hal pertama yang ia lakukan untuk memberikan penilaian ketika disambut adalah mendatangi toilet tempatnya berkunjung. Kalau toiletnya jorok, ia akan membikin kesimpulan penilaian terhadap tempat atau institusi itu dengan nilai minus. Karena kebiasaan pejabat ini, jadi kalau ia berkunjung di kesempatan lain di daerah tertentu, hal pertama yang dinformasikan orang-orang protokoler adalah “bikin toilet senyaman mungkin, pasti dapat sumbangan dana yang lumayan.

Lain kasus kalau kami di Timur warga pesisir NTT. Kalau mau buang hajat, tempatnya di pantai. Coba pagi-pagi sekitar pukul enam anda ke pantai. Pasti orang duduk berjejer nongkrong buang hajat, sembari matanya melotot ke laut lepas, dan ceboknya pakai air laut. Mungkin ini juga cara menggali imajinasi orang-orang pesisir di Timur NTT. Dulu kalau pagi-pagi sebelum sarapan, bokong (maaf) kami pasti rata-rata keasinan. Tapi itu dulu, sekarang rata-rata rumah di Timur pesisir sudah punya Toilet. Meski air untuk cebok agak sepat-sepat. Jadi rasanya sudah beda, dari asin ke sepat-sepat. Pikirkan sendiri.

Sebenarnya Toilet juga menjadi lapangan usaha yang menjanjikan. Terutama di terminal maupun di pusat perbelanjaan. Makanya toilet di dua tempat ini, pengelolaannya di tender dan kelola secara professional oleh pihak ketiga. Bayangkan, per orang setiap hari, sekali kencing atau buang air besar biayanya Rp.2000. Di terminal dan mall itu punya pusat kuliner; orang makan dan minum setiap saat.

Jadi tentu setiap waktu orang buang air besar dan kecil di sana. Dalam sehari saja pengelola Toilet itu bisa meraup fulus jutaan rupiah. Jadi Toilet selain menjadi tempat menggali imajinasi pun toilet menjadi tempat orang cari makan. Jadi jangan sekali-kali underestimate dengan toilet. Kalau punya toilet yang jorok, sebaiknya disulap segerah senyaman mungkin. Bagaimana dengan toilet di tempatmu?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun