Mohon tunggu...
Munir Sara
Munir Sara Mohon Tunggu... Administrasi - Yakin Usaha Sampai

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian” --Pramoedya Ananta Toer-- (muniersara@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Bapak Reklamasi Tersandera Dugaan Korupsi

15 April 2016   09:15 Diperbarui: 15 April 2016   09:33 1117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Bapak Reklamasi Disandera Dugaan Korupsi (Sumber foto : http://www.razhack.xyz)"][/caption]Pilkada DKI masih jauh; 2017, petahana Ahok sudah dibalur dugaan korupsi. Berbagai pandangan sinis, disasarkan padanya. Separuh orang ketus; Ahok kok bisa begituan ya?Maksudnya bisa terlibat dugaan KORUPSI. Sejak 2014, Ahok mulai dicibir soal Ahok Center yang ditenggarai merupakan bentuk trading influence.

Dengan menggunakan pengaruh dan jabatan, diduga CSR 18 BUMD dikelola Ahok Center yang dinahkodai Natanial Oppusunggu. Di media, Ahok Center diberitakan mendapatkan dana CSR dari 18 perusahaan yang menjadi mitra kerja dengan 43 SKPD di lingkungan Pemprov DKI untuk melaksanakan proyek pembangunan rumah susun Marunda dengan supervisor di bawah Dinas Perumahan DKI (Baca : Terungkap ini sumber dana CSR Ahok Center). Kasus ini mengemuka, bersamaan dengan APBD Siluman dan hebohnya kisah UPS. Akhirnya kasus keheboan Ahok Center tenggelam dalam riak publik dan media kala itu.

Persis Penggusuran Luar Batang, yang bersamaan dengan besoknya “Ahok diteriaki maling” di KPK saat pemeriksaan lembaga anti rasuah itu. Seakan-akan ada percobaan mengalihkan perhatian publik dari KPK saat Ahok diperiksa lembaga anti suap itu.

Mungkin begitulah cara Ahok memberi jeda bagi memori publik, agar dugaan demi dugaan korupsi itu sedikit kabur di publik. Tapi Ahok tak sadar, publik tak seawam yang disangkanya. Seturut kebencian masyarakat pada aroma korupsi, kini kemarahan demikian, terjadi pada publik, seturut seabrek dugaan korupsi yang dialamatkan ke Ahok.

Percaya tak percaya, pasca 12 jam diperiksa KPK Ahok diteriaki maling, ada sebuah pooling yang dilakukan LP3ES melalui Rustam Ibrahim yang dirilis media, dan 61% orang yakin, Ahok terlibat Korupsi Sumber Waras (Baca : Rustam Ibrahim buat survei hasilnya 61). Tak dinyana, pooling singkat itu seakan menggambarkan persepsi publik, bahwa baru sementara Ahok dilekatkan ke dugaan korupsi Sumber Waras, persepsi dan keyakinan publik sudah menganggapnya teribat korupsi. Begitu bencinya masyarakat pada Korupsi.

[caption caption="Hasil pooling; 61% yakin Ahok Terlibat Korupsi Sumber Waras (Sumber foto : www.nbcindonesia.com)"]

[/caption]Intinya, persepsi publik teramat mentah dan polos. Dan soal Ahok, persepsi semacam ini (terlibat korupsi), akan berlangsung lama dan alot hingga 2017. Singkatnya, Ahok sudah tersandera oleh berbagai dugaan korupsi yang terus menyeretnya dan orang-orang dekat (Baca)

Apalagi sampai Ahok tersangka? Dan kini, temuan demi temuan berbagai kasus itu sedang mengarah ke Ahok. Korupsi Indonesia yang sedemikian endemik, membuat tak ada ruang publik yang permisif atasnya, dan Ahok ada dalam situasi, dimana sederet pejabat negara yang diragukan kebersihannya dalam praktek pemerintahan.

Dan untuk itu, Ahok tak mudah dimaafkan, ataupun dibersihkan lagi menjadi semula, persis diawal waktu memimpin Jakarta. Dulu sekali orang Jakarta mengira Ahok bersih, tapi sekarang, mulai abu-abu, berbalur noda.

Setelah Ahok Center yang ditengarai tak wajar itu, muncul lagi soal pembiaran korupsi Tama BMW. Dimana-mana kewajiban berupa tanah seluas 265.395,99 M2 senilai Rp 737 miliar lebih yang diserahkan Agung Podomoro ke Pemprov DKI itu diduga ‘bodong dan kemudian sertifikasi Ahok. Bahkan oleh Mantan Wakil Gubernur DKI Prajitno, menduga, Ahok Terlibat Korupsi Taman BMW (Baca : Prijanto Ahok terlibat korupsi taman BMW dan Sumber Saras).

Setelah dugaan korupsi Taman BMW, Ahok kemudian didera berturut-turut dugaan korupsi, dari masalah reklamasi 17 pulau di teluk Jakarta, yang diduga memberikan izin yang bukan kewenangannya. Dan Kemudian Dugaan gratifikasi berulang pada dana sumbangan untuk Teman Ahok sebesar Rp. 4,5 miliar (Baca : Ahok sah bisa terima dana sumbangan asalkan). Disaat rakyat digusur, hidup terluntah-luntah, Ahok disumbangi uang Rp.4,5 miliar.

Dan kini membuncah skandal Sumber Waras. Kasus ini paling kuat menyedot perhatian publik pada Ahok. Sebahagian orang kemudian ketus berkata; ah, seperti dugaan korupsi sebelumnya, awal-awal ngotot tak korupsi akhirnya terbukti korup.” Mungkin masyarakat sudah punya alur pikir sendiri soal korupsi. Wajarlah “tak ada penyololng yang ngaku nyolong.”

Terhadap kasus ini, membuka babak baru perseteruan Ahok vs BPK. Setelah terpojok dengan perolehan WDP oleh BPK, temuan-temuan terkait kejanggalan Sumber Waras, Ahok berkilah, balik menyerang BPK, berspekulasi di media. BPK tak hilang akal, menantang Ahok selesaikan di pengadilan, beranikah Ahok? Jika kemudian, Ahok berhenti di media, dan tak berani menajwab tantangan BPK, publi baru sadar, siapa sesungguhnya Ahok? Pahlawan Kesiangan? Atau Jagoan Neon ! Wallahu’alam

Akhirnya kita menunggu, bapak Reklasi pun pangeran Podomoro itu mempertahankan citranya hingga 2017. Sorak publik terhadap Ahok. Pun ketus sebahagian orang yang mulai sadar, semakin membuang Ahok dari keyakinan hari-hari sebelumnya, bahwa ternyata, Ahok bukanlah sosok yang bersih? Seperti Penyesalan Direktur Eksekutif Indo Barometer M Qodarai ; Tadinya Jelas Hitam dan Putih Sekarang Ahok Terlihat Abu-abu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun