Mohon tunggu...
Munir Sara
Munir Sara Mohon Tunggu... Administrasi - Yakin Usaha Sampai

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian” --Pramoedya Ananta Toer-- (muniersara@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Misteri, Samad Pernah Memelas ke Anas

13 Januari 2014   18:58 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:52 1680
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah Anas Urbaningrum (AU) ditahan, pelan-pelan kisah-kisah misteri di baliknya terkuak. Adalah Ketua KPK saat ini Abraham Samad (AS), pernah datang dan memelas ke AU yang saat itu menjabat ketua partai demokrat.Pertemuan itu terjadi setelah fit and proper test calon pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dimana AS salah satu calon komisioner.

AS mendatangi AU di rumahnya, kompleks Duren Sawit untuk memelas dan memohon agar fraksi PD bulat suara mendukungnya. Dari sumber orang dekat AU, inilahkutipan ulang kata-kata AS memohon AU : “kita ini sama-sama masih muda, harus saling menjaga dan menolong, jalan kita masih panjang”.

Saat itu, AU tak pernah mengenal AS, pertemuan AU dan AS itu pun difasilitasi oleh salah seorang fungsionaris DPP PD yang juga berinisial A. Keduanya datang ke kediaman AU pada malam hari sekitar pukul 21.00 wib dengan mobil Mercy butut. Bahkan mungkin rekaman CC TV di rumah AU masih menyimpan dimana posisi AS memarkir mobilnya. .

Akhirnya lewat pertemuan itu, AU pun respek pada AS. Kisahnya, malam itu AS sambil meneguk kopi jamuan AU, ia tersenyum lebar merendah sembari mengucapkan terima kasih yang dalam pada AU. Seperti biasa, AU membalasnya dengan senyum. Kebiasaan AU merespon siapapun. 

Dengan kuasa partai di tangannya, AU pun melanjutkan ke Jafar Hafsah sebagai ketua Fraksi PD saat itu. Alhasil, suara fraksi PD bulat memilih AS saat pemilihan pimpinan KPK.

Suara itu diberikan fraksi PD kepada AS tanpa imbalan apapun, selain untuk mendorong AS karena visinya tentang pemberantasan korupsi di Indonesia. Asumsinya, kala itu kasus korupsi wisma atlet dan Hambalang belum terkuak ke publik. Dengan demikian, tak ada transaksi apapun untuk memilih AS.

Belakangan terendus kabar, AS dan AU dua-duanya alumni HMI, mungkin saja, faktor emosional inilah mendrong mereka dekat dan AU membulatkan suara fraksi PD pada AS sebagai pimpinan KPK. Tapi perkiraan demikian patut diverifikasi lebih lanjut, demi menguak apa sesungguhnya motifasi AU mendukung AS sebagai pimpinan KPK.

Seiring berjalannya waktu, AS yang tadinya dari kampung dan tak dikenal siapapun, kini masuk dalam layar dan halaman berita yang acap kali meledak ke publik. Yaitu isu korupsi pejabat. Ia mulai dikenali, menjadi sentral kerumunan media. Bahkan popularitasnya itu telah menghelanya menjadi salah satu nominator capres 2014 dalam beberapa hasil survei.

Seiring berjalannya waktu, persahabatan AU dan AS itu teruji, setelah Nazarudin menjadi tahanan KPK. Kasus korupsi ini telah menarik sekaligus memecahkan partai demokrat dalam dua faksi politik ke titik ter-ekstrem. Yaitu faksi Duren Sawit dan faksi Cikeas. Nama Anas pun ikut diseret Nazar (Mantan Bendum PD). Kian hari AU kian terpojok dalam fitnah keji Nazar.

Pecahnya dua faksi ini memprlihatkan, bahwa skandal ini (wisma atlet dan Hambalang) menjadi mesin politik paling efektif untuk menggulingkan kubu AU. Konon ada kabar yang berkembang, SBY teramat murka dengan terpilihnya AU sebagai ketua umum PD di Bandung.

Dus dalam drama ini, AS diperhadapkan pada tiga pilihan dilematis antara keadilan hukum, Cikeas-Kekuasaan atau AU. Sahabat yang secara ikhlas telah mengantarkannya sebagai orang penting di negeri ini.

Alkisah, mau tak mau, AS sudah berada di tengah-tengah kondisi itu. Pertama : Sebagai pendatang baru yang tentu punya hasrat mengecap nikmat kekuasaan, pastilah AS memilih Cikeas dan seabrek kekuasaan. Kedua : Sementara bila ia memiliki harga diri dan integritas, pastilah ia memilih keadilan-hukum, walaupun harus mengeliminir nikmat kekuasaan kedepannya. Ketiga : Demikian pun bila ia sosok sahabat yang baik dan bukan kacang yang lupa kulitnya, pastilah ia memperlakukan AU secara adil di mata hukum. Permintaan AU, cukuplah AS memperlakukannya secara adil dimata hukum dalam kasus Hamabalang. Itu balas budi yang wajar dan mulia kepada seorang sahabat yang telah membantunya dengan ketulusan.

Tapi apa daya, belakangan dengan berbagai tontonan kontradiksi dalam kasus AU, sepertinya AS lebih cenderung pada pilihan pertama. Cara pandang hukum, mimik dan keberingasannya terhadap AU di hadapan media beberapa waktu lalu, telah mengkonfirmasi kita, bahwa AS sesungguhnya berpihak kemana dan apa orientasinya. AS bahkan menorehkan kekaburan hukum sapanjang sejarah negeri ini.

Kembali ke kisah pertemuan misterius AU dan AS di Duren Sawit, kala itu AU mengiyakan permohonan AS dengan senyum ramah, bersahabat, dengan penuh kekeluargaan. Demikian pun AS, dengan suka cita yang tinggi, ia mengucapkan terima kasih pada AU sambil meneguk kopi jamuan AU. Bahkan pulangnya pun pastila AS diantar AU hingga keluar dari teras rumah.

Namun kali ini, AS begitu culas dan beringas terhadap AU, AS bahkan sekalipun tak pernah menunjukkan sisi humanisnya terhadap orang yang pernah menolongnya. Malah hari yang dikatakan keramat itu, ketika AU menolak datang ke KPK, AS dengan urat muka tebal_memerah dan penuh kepongahan balik mengancam AU berulang-ulang, hanya karena beda tafsiran hukum dalam ayat-ayat keramat sprindik yang janggal itu. Sprindik itu ayat-ayat setan dari AS yang sungguh menyayat AU sahabat sejatinya. AU dijebak dengan absurditas hukum kelas tinggi.

Toh tak lebih yang diinginkan AU, cuma satu, itu pun sebentar, perlakukan ia secara adil di mata hukum. Ternyata, AS sudah berjalan jauh di halaman tanah sang Raja, ia lupa jalan pulang, hingga tersesat dan masuk ke dalam jebakan nyaman istana sang raja zalim.

AS sedikit pun tak menghirau permintaan sahabat sejatinya itu. Inilah kisah sebuah persabatan yang pupus ditelain badai kekuasaan. []

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun