Mohon tunggu...
Munir Sara
Munir Sara Mohon Tunggu... Administrasi - Yakin Usaha Sampai

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian” --Pramoedya Ananta Toer-- (muniersara@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Kemuliaan Hati Tukang Bakso

13 Maret 2014   04:34 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:00 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

ATM hilang,  apalagi bersama dompet adalah peristiwa yang paling menyebalkan sejagat. Susah digambarkan dengan kata. Yang pernah hilang ATM, pasti tahu itu. Saya termasuk salah satunya.

ATM saya kehilangan setelah turun dari Taxi Blue Bird, dari apartment Menteng Square ke Kayu Manis. Tepatnya Selasa, 11 Maret 2014 pukul 22. 15 WIB. Karena kelalahan kerja seharian, sampai rumah saya langsung tidur, sempat bangun sebentar untuk solat Isa, tapi tak sadar kalau dompet saya hilang.

Paginya saat hendak berangkat kerja, ternyata dompet saya tak ada. Bongkar-bangkir sana-sini akhirnya memang dompet itu hilang. Akhirnya saya memutuskan tidak berangkat kerja. Tanpa pikir panjang, saya langsung ke Polsek Matraman-Jakarta Timur untuk membuat surat kehilangan. Pasalnya, kalau mau buat ATM baru, Kartu member parkir baru, KTP, NPWP dan dokumen lainnya, harus ada surat kehilangan dari kepolisian.

Setelah surat kehilangan itu ditangan, saya mondar-mandir urus ATM baru di bank Mandiri dan BCA. Akhirnya saya dapatkan ATM baru dari dua bank itu. Tapi yang mengusik hati saya adalah, KTP, NPWP dan Kartu Parkir. Saya benar-benar galau soal ini. Tepat pukul 18.45 saya kembali ke rumah. Seharian saya habiskan waktu di Gramedia-Matraman, mulai dari makan, membaca buku dan renungan-renungan kecil soal kehilangan dompet itu.

Tentu muhasabah saya, seputar dosa apa yang saya lakukan satu minggu ini, hingga Tuhan menegur dengan begitu mengejutkan. Ya... mengejutkan ! Sebab yang di dompet itu seperti nyawa saya. Terutama KTP. Saya bayangkan, betapa susahnya urusan sana-sini kalau tak punya KTP.

Setelah tiba di rumah, saya berdiam diri di kamar. Jelas, pikiran saya kacau. Hampir setengah jam saya di kamar, tiba-tiba ada suara tamu di depan rumah. Asisten rumah saya memanggil dari luar, kalau ada yang cari untuk mengembalikan dompet saya.

Tanpa banyak tanya saya langsung loncat dari dalam kamar. Saya perhatikan orang itu baik-baik. Dari ujung kaki sampai ujung rambut. Bukan main herannya saya. Dizaman seperti ini ada orang baik. Bapak berhati mulia ini namanya Tarman yang berusia sekitar 60 tahun.

Pak Tarman banyak bicara soal dompet saya yang ditemuinya, tapi saya tak begitu faham karena logat Jawa nya yang terlalu kekentalan dan cepat keluar dari mulutnya.

Ia penjual bakso di depan gang rumah saya di Kayu Manis Baru I. Kebaikan hati Pak Tarman merupakan sebuah fakta sikap moral yang tak saja mencengangkan, tapi begitu meluber sekian ketamakan, keserakahan dan kekorupan yang menggelayuti negeri ini oleh aparaturnya.

Andai elit di negeri ini mau belajar jujur seperti tukang bakso itu. Tentu kita tak se pelik sekarang. Andai negara dan proyek pembangunan ini tak dibangun dengan struktur kebijakan yang serba manipulatif  dan korup, tentu kualitas pembangunan itu terasa dan mensejahterakan.

Tukang bakso itu mentahbiskan nilai yang dalam bagi saya. Saya yakin 100% orang ini (Tukang Baks0) pasti selalu makan dari rejeki yang yang halal, baik proses dan sumbernya. Saya juga yakin, anak dan istri yang dinafkahinya, tumbuh besar dengan hati yang bersih. Sebab makanannya 100% halal. Tak seperti anak menteri dan anggota dewan yang korup. Pastilah anak mereka tumbuh dengan nutrisi otak dan hati yang kotor. Salam untuk Pak Tarman. []

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun