Mohon tunggu...
yakub adi krisanto
yakub adi krisanto Mohon Tunggu... -

hanya seorang yang menjelajahi belantara intelektualitas, dan terjebak pada ekstase untuk selalu mendalami pengetahuan dan mencari jawab atas pergumulan kognisi yang menggelegar dalam benak pemikiran.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Presiden yang Legitimasinya Mulai Memudar (2)

28 Juni 2011   06:27 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:06 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sebelum LSI mengeluarkan hasil survey, penulis pada tanggal 23 Juni 2011 sudah menulis di Kompasiana http://politik.kompasiana.com/2011/06/23/presiden-yang-legitimasinya-mulai-memudar/.  Survey tersebut bagi penulis hanya penegasan dari analisis yang disampaikan dalam tulisan tersebut. Penegasan yang lebih scientific dari pernyataan bahwa dari berbagai kasus yang dihadapi selama pemerintahan SBY, menggembosi bangunan citra yang dibentuk selama ini.

Dari pihak Partai Demokrat yang menjadi parpol pengusung SBY pada pilpres 2009 memberikan penjelasan bahwa indikator kemajuan diberbagai bidang menunjukkan hasil positif. Sehingga survey tersebut patut dipertanyakan, dengan kemungkinan ada kepentingan tertentu dalam survey tersebut. Pembelaan Partai Demokrat adalah wajar, sewajar ketika mengapresiasi setiap hasil survey yang berpendapat positif terhadap pemerintahan SBY.

SBY gagal, mungkin terlalu dini untuk dikemukakan. SBY tidak menggunakan modal politik yang berhasil memberikan legitimasi untuk mengelola pemerintahan sesuai dengan harapan masyarakat adalah pernyataan yang wajar. SBY terbelenggu, sehingga tercitrakan lembek dan cengeng ketika berhadapan dengan 'pukulan' keras rival politiknya. Republik yang tidak terkontrol sepenuhnya oleh Presidennya, menjadi sebuah ironis dimana (dugaan) korupsi yang melibatkan kader partainya tidak segera dapat dituntaskan.

Bagaimana akan mengawasi TKI yang berada jauh dibawah rentang kendali Presiden, apabila kader partai yang dibawah pembinaannya tidak bisa dituntaskan? Bagaimana akan menjerat kader partai lain, ketika anggota partainya yang diduga terlibat pemalsuan surat tidak didorong untuk cepat di proses secara hukum? Kegagalan SBY untuk memanfaatkan legitimasi yang diperolehnya melalui pilpres 2009 sebenarnya terlihat pada saat tercerai-berainya bangunan koalisi yang dibangun. Koalisi yang seharusnya mampu mendukung setiap kebijakan yang diambil Presiden, malah 'menusuk dari belakang' menciderai kesepakatan koalisi yang terbangun selama ini.

Ketakgentaran kawan koalisi untuk menelikung adalah bentuk lain lemahnya SBY dalam pemerintahan yang dipimpinnya. Kelemahan yang dipoles dengan citra melalui bantuan media, ternyata rapuh menghadapi angin politik. Citra tak mewakili wajah asli, polesan media berhasil membangun persepsi publik dan membuahkan dukungan di bilik suara. Dalam hal ini menjadi pembelajaran politik bagi publik, bahwa pada pemilu berikutnya sudah harus lebih pandai dalam memilah dan memilih pemimpin. Kecuali benar bahwa publik terjangkiti amnesia akut, yang mudah melupakan setiap rekam jejak politik para elitnya.

Republik tak cukup dipimpin dengan citra, tetapi harus berani tampil. Berani tegas, berani tidak populer asal membela kepentingan rakyat melawan keserakahan penguasa. Masih tersisa waktu untuk bertindak berani, agar lebih dikenal sebagai pemimpin yang benar-benar berani, bukan tercitrakan berani tetapi ompong dalam kenyataan. Masih tersisa waktu untuk terus melaksanakan janji-janji kampanye. Kerja keras dan berani harus ditempuh untuk menghindari tumbuhnya ide inkonstitusional dengan keinginan mengganti Presiden ditengah jangka kepemimpinan.

Bangkit Indonesia!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun