Mohon tunggu...
yakub adi krisanto
yakub adi krisanto Mohon Tunggu... -

hanya seorang yang menjelajahi belantara intelektualitas, dan terjebak pada ekstase untuk selalu mendalami pengetahuan dan mencari jawab atas pergumulan kognisi yang menggelegar dalam benak pemikiran.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ibadah Kenaikan Isa Almasih di Area Publik

3 Juni 2011   01:41 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:55 713
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sepenggal catatan ini semoga dapat menjadi oase kehidupan berbangsa dan bernegara ditengah keringnya pemahaman atas pengamalan Pancasila. Ketika pemimpin negara menggenjot kembali revitalisasi pemahaman atas Pancasila, terdapat pengamalan Pancasila yang dapat menjadi contoh bagi penghargaan atas keberagama(a)n di Indonesia.

Salatiga adalah kota kecil karena terdiri dari 4 (empat) kecamatan di Jawa Tengah, yang dulu konon pada saat jaman penjajahan Belanda di kenal dengan sebutan de schoonste stad van midden Java (kota yang terindah di Jawa Tengah). Disebut demikian karena memiliki bangunan-bangunan atau gedung-gedung yang memiliki nilai artistic yang tinggi (Eddy Supangkat, 2010). Di kota kecil ini contoh keberagaman dan keberagamaan – keberagama(a)n dapat menjadi oase pengamalan Pancasila.

Ibadah Kenaikan Isa Almasihdilakukan di alun-alun kota yang dikenal sebagai Lapangan Pancasila. Kegiatan Ibadah dibawah koordinasi Badan Kerjasama Gereja-Gereja se-Salatiga (BKGS), yang diawali pada hari Kamis, 2 Juni 2011 pukul 04.00 pagi. Panggung besar layaknya konser musik dengan perangkat alat musik komplit, dan sound system layaknya konser menjadi bagian yang tak terpisahkan dari ibadah tersebut. Diawali dengan acara celebration yang dilakukan dengan cara menaikkan puji-pujian kepada Isa Almasih yang sudah mati, bangkit dan naik ke surga.

Acara dilanjutkan dengan ibadah dengan tata liturgi yang sudah dipersiapkan. Gerimis yang menyertai pagi itu tidak menyurutkan antusiasme jemaat nasrani untuk beribadah. Duduk dengan beralaskan koran atau tikar, sesekali berdiri ketika pemimpin pujian meminta untuk jemaat berdiri ketika menaikan pujian. Ada juga jemaat yang memilih duduk di pinggir lapangan, diatas trotoar juga menunjukkan konsentrasi dalam mengikuti jalannya ibadah.

Jumlah jemaat yang hadir pada ibadah kenaikan Isa Almasih kira-kira 2000an. Jumlah ini memang tidak sebanding banyaknya jemaat yang hadir pada ibadah natal – kelahiran Yesus Kristus -pada tanggal 25 Desember yang sudah menjadi tradisi sejak tahun 80an. Meski jumlahnya relative sedikit, tetapi ibadah ini terasa istimewa ditengah peringatan hari lahir (harlah) Pancasila sehari sebelumnya. Peringatan harlah Pancasila yang disertai dengan momentum revitalisasi Pancasila dalam kehidupan bernegara di Ibukota menemukan pemaknaannya di Salatiga.

Bukan merupakan kebetulan ibadah kenaikan Isa Almasih dilakukan di lapangan yang disebut dengan Lapangan Pancasila. Tempat dilakukannya ibadah seolah-olah menegaskan pengamalan sila-sila Pancasila khususnya sila pertama dan ketiga. Ibadah diatas Lapangan Pancasila menjadi manifestasi pemahaman keanegaragaman, dimana masyarakat kota Salatiga yang tidak hanya terdiri dari pemeluk Nasrani mentoleransi ibadah di area publik.

Toleransi semakin nyata terkait dengan lokasi ibadah yaitu Lapangan Pancasila di sebelah sisi barat merupakan lokasi Masjid Agung kota Salatiga. Tanpa toleransi, saudara-saudara Muslim akan keberatan dan tidak memberikan ijin untuk dilaksanakannya ibadah kenaikan Isa Almasih. Keindahan keberagaman dengan toleransi kuat antar pemeluk agama masih berlanjut ketika adzan subuh berkumandang dari Masjid Agung.

Kompasianer bisa berimajinasi saat momen ini, saat ibadah kenaikan Isa Almasih berlangsung pada saat jam adzan subuh berkumandang, ibadah dihentikan situasi menjadi hening dan terdengar suara adzan subuh dari pengeras suara masjid. Dengan lokasi yang berdampingan, toleransi sungguh nyata bukan retorika apalagi utopia. Ibadah kenaikan Isa Almasih dilanjutkan setelah adzan subuh selesai. Momentum berhentinya ibadah, kemudian terdengar adzan subuh menjadi keindahan kehidupan berkeaneka-ragaman di Salatiga saat itu.

Ibadah kenaikan Isa Almasih di Salatiga yang dilaksanakan di area publik yaitu Lapangan Pancasila menjadi momentum tepat peringatan harlah Pancasila sehari sebelumnya. Pancasila sudah dihayati secara kolektif oleh umat beragama di Salatiga, penghayatan yang menjadi keberlanjutan dalam konteks ibadah natal pada bulan Desember yang sudah terjadi sejak tahun 80an. Hidup berdampingan dalam mengaktualisasikan iman atau keyakinan ditengah kehidupan berbangsa dan bernegara di kota Salatiga dapat menjadi model kehidupan beragama di Indonesia.

Aktualisasi iman di kota Salatiga dalam kehidupan keberagama(a)n juga mendapat dukungan jajaran POLRES Salatiga. Anggota Polres Salatiga bertindak aktif dalam mengamankan jalannya ibadah kenaikan Isa Almasih. Keaktifan nampak pada pengamanan yang dilakukan memerintahkan anggotanya untuk berpatroli dengan berjalan kaki memutari lapangan atau menggunakan mobil polisi lalu lintas berkeliling selama ibada berlangsung. Pengamanann yang kasat nyata memberikan rasa aman dan kenyamanan bagi jemaat yang sedang menjalankan ibadah.

Dukungan tidak hanya dari aparat Polres Salatiga, tetapi juga tentunya dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) kota Salatiga. Tanpa ‘restu’ dari MUI kota Salatiga, ibadah kenaikan Isa Almasih tidak akan terjadi di area public. Dukungan MUI menjadi bentuk penghayatan pengamalan Pancasila oleh para pemuka agama di kota Salatiga. Kerjasama antar keyakinan menjadi aktualisasi penghargaan atas keberagaman di Salatiga. Kerjasama antar keyakinan inilah yang menjadi oase pluralisme dan pengamalan Pancasila.

Bangkit Indonesia!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun