Bukan bermaksud untuk membela pelaku teror bom buku, tetapi mengajak untuk berpikir jernih-obyektif bahwa bom buku hanya ditujukan untuk orang tertentu terlepas dari motivasi pelaku. Bom buku yang benar bom dan berpotensi meledak jumlahnya sedikit, tetapi dampaknya luar biasa. Dan dampak tersebut tidak serta-merta karena andil pelaku, tetapi ada peran negara yang gagal memberi penjelasan memadai terkait aksi (pelaku) bom tersebut.
Berpikir jernih-obyektif ini hendak menghindarkan pemerintah (dan aparatnya) dan masyarakat untuk serta merta menyalahkan pihak-pihak atau kelompok tertentu sampai benar terbukti. Habitus menyalahkan atau mencari kambing hitam (scapegoatism) perlu dihilangkan, dengan member kesempatan aparat negara melakukan investigasi terhadap teror bom buku tersebut.
Dan untuk pemerintah, berpikir jernih-obyektif menghindarkan sikap a priori terhadap kelompok tertentu dan kemudian memaksakan diri untuk menjerat mereka sebagai pelaku tindak pidana terorisme. Pemaksaan diri tersebut adalah bagian dari manifestasi scapegoatisme yang menjangkit aparat negara dengan berbagai motivasi yang melingkupi. Arti mengkambing-hitamkan adalah orang yg di suatu peristiwa sebenarnya tidak bersalah, tetapi dipersalahkan atau dijadikan tumpuan kesalahan.
Dalam hal demikian maka yang terjadi adalah ketidak-adilan. Hukum yang mewujud dapat apparatus negara dan peraturan perundang-undangan menjadi tidak adil terhadap pelaku teror bom buku. Dengan kemungkinan semula bom bertujuan secara personal berubah menjadi terorisme. Perubahan terjadi sebagai akibat dari kegagalan pemerintah untuk menenangkan public terkait aksi teror bom yang dilakukan. Andil pemerintah dalam melahirkan teror luput pengamatan public, yang sebenarnya menjadi bagian dari teror terhadap warga negara.
Ketidak-adilan semakin mewujud dengan aksi pengkambing-hitaman terhadap pelaku teror yang dikonotasikan dengan gerakan-gerakan radikalisme atau fundamentalisme keagamaan. Pengkambinghitaman menjadi habitus dari bangsa ini untuk tidak mau mengevaluasi diri atau berefleksi atas kejadian yang menimpa. Selalu mencari kambing-hitam adalah bentuk ketidakmauan bertanggung jawab dan wujud ketidakdewasaan dalam berbangsa dan bernegara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H