Mohon tunggu...
Yakobus Mite
Yakobus Mite Mohon Tunggu... Lainnya - Pegiat Pendidikan

Menulis sebagai bagian dari seni dalam menyampaikan informasi kepada publik, terutama mereka yang membutuhkan informasi

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Pentingkah Berpikir Positif?

5 November 2024   20:33 Diperbarui: 5 November 2024   20:53 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri, Foto Jack Mite, Pegiat Literasi.

Banyak orang tidak menyadari betapa pentingnya berpikir positif bagi kesehatan fisik dan mental. Asupan makanan yang bergizi, kehidupan yang berkecukupan tidak akan bisa dinikmati dengan baik jika pikiran negatif mendominasi kehidupan kita. Beberapa situs resmi menulis tentang manfaat berpikir positif yang dirangkum dari para ahli antara lain: Mengurangi stress dan mencegah depresi, memperkuat imun tubuh, memperpanjang usia hidup, tetap kuat walaupun menghadap masalah berat, dan mudah menerapkan hidup sehat, memperlambat penuaan.  

Beberapa hal yang dilakukan agar bisa berpikir positif antara lain: Membiasakan agar selalu tersenyum dan tertawa, gaya hidup sehat, selalu dikelilingi orang-orang yang berpikir positif, berperilaku dengan lembut dan memotivasi diri sendiri, berpikir optimis, belajar menerima sesuatu dengan iklas.

Dalam keseharian, setiap individu disarankan agar menghindar dari pikiran negatif karena akan berisiko pada kesehatan mental, depresi, cemas berlebihan, merasa tidak berdaya, kesepian hingga gangguan mental akut. Beberapa ahli berpendapat bahwa berpikir negatif sama dengan menimbun racun dalam tubuh, apalagi berpikir negatif terhadap orang lain yang terlalu berlebihan.

Rethink Mental Illnes menyebutkan setiap orang pernah punya pikiran negatif. Dalam Journal of Personality and Social Psychology menjelaskan bahwa kombinasi antara faktor norma dan respons otomatis mengakibatkan pikiran negatif yang susah diubah, sehingga semua yang dilakukan orang selalu salah. Contoh, jika kita melihat orang yang sedang ngobrol, kamu otomatis eksklusif berpikir, mereka sedang membicarakanKu, padahal tidak.

Berpikir negatif terhadap orang lain yang berlebihan, bisa saja dikarenakan yang negatifkan itu yang sering kita lakukan, padahal orang lain tidak sama dengan kita. Ibarat satu jari menunjuk orang lain, empat jarinya kembali kepada dirinya, hal ini sama dengan memfitnah yang lebih kejam dari membunuh. Kalau ini yang terjadi maka, bukan hanya gangguan mental dan kesehatan saja, dalam semua ajaran agama yang dianuti pasti akan berhubungan dengan Dosa. Kalau ditanya bagaimana menyikapi orang yang Sukanya memfitnah? Jawabannya tetap tenang, tersenyum dan berserah kepada Tuhan, Alam Semesta dan Leluhur yang membalas dengan caranya, tutup Penulis.

Penulis, Pegiat Literasi

Jack Mite

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun