Mohon tunggu...
Mohammad Yaisy
Mohammad Yaisy Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Muhammadiyah Jakarta

Freelancer

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Antara Negosiasi dan Perjuangan Negeri Ini

3 Juli 2023   22:44 Diperbarui: 3 Juli 2023   22:47 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by chandra putra on Unsplash   

Manusia dan Indonesia

Setiap manusia tentunya akan hidup berdampingan dengan manusia yang lainnya, artinya dalam satu lingkungan tertentu manusia memiliki keberagamaan baik secara fisik ataupun pola pikir. Keberagaman inilah yang mengawali sebuah hubungan interaksi sosial dan menciptakan dinamika kehidupan berkelompok secara terus menerus, karena pada hakikatnya manusia itu tidak bisa hidup sendirian.

Akan tetapi disisi lain ada sebuah istilah bahwa manusia adalah serigala bagi manusia yang lainnya atau yang lebih dikenal dalam bahasa latin sebagai homo homini lupus. Melihat ungkapan tersebut tentunya menyiratkan banyak sekali arti yang dimana penulis melihat bahwa terdapat sebuah insting liar pada diri manusia yang di dorong oleh keberagaman hal seperti pemikiran, prinsip, ataupun kepercayaan yang dimiliki oleh manusia. Sehingga ketika manusia dihadapkan kepada hal yang berlawanan yang dimiliki oleh manusia lainnya memungkinkan untuk saling melahap satu sama lain, dan pada tahap inilah terjadi sebuah konflik.

Konflik atau perseturuan umumnya terjadi oleh beberapa faktor seperti adanya perbedaan antara satu individu dengan individu yang lainnya. Bagi manusia, konflik merupakan sesuatu yang tidak bisa dihindari, sebab di alam semesta ini manusia hidup dengan keberagamannya masing-masing, contoh yang paling dekat untuk melihat keberagaman tersebut adalah negara kita Indonesia. Indonesia setidaknya memiliki lebih dari 1000 suku dan 600 bahasa serta 6 kepercayaan agama.

Indonesia merupakan sebuah negara dengan keberagaman yang luar biasa dan tentunya kita akan bertanya-tanya bagaimana Indonesia senantiasa berdiri sampai saat ini padahal seharusnya dengan banyaknya keberagaman yang ada tingkat kesepahaman bersama tidak akan tercapai bahkan lebih dalam lagi sebuah kata "merdeka" dan nama "Indonesia" mungkin tidak akan tercipta di dunia ini.

Problematika tersebut merupakan ikhwal dari lahirnya persatuan dan kesatuan yang dalam arus sejarah Indonesia di prakarsai oleh para leluhur kita yaitu the founding fathers Indonesia. Dalam mencapai persatuan yang menyatukan berbagai macam keberagaman di Indonesia tentunya tidak mudah, bahkan perlu bertahun-tahun sampai seluruh masyarakat Indonesia menjadikan Pancasila sebagai dasar negara dan landasan hidup bernegara di Indonesia. Penulis disini akan melihat bagaimana para the founding fathers kita dalam menyatukan keberagaman meluli sudut pandang teknik negosiasi.

Soekarno dan PNI

            Soekarno merupakan salah satu orang yang mengupayakan lahirnya suatu wilayah yang bernama Indonesia. Beliau merupakan orang dengan semangat nasionalisme yang tinggi pada masanya dan sangat vocal serta lihai dalam beretorika sehingga pada kemerdekaan Indonesia 1945 Soekarno-lah yang membacakan teks proklamasi. Jauh sebelum kemerdekaan Indonesia Soekarno mendirikan wadah untuk mewujudkan mimpinya dalam berjuang terhadap kemerdekaan Indonesia yaitu dengan dibentuknya Partai Nasionalis Indonesia.

            PNI atau Partai Nasionalis Indonesia lahir pada tanggal 4 Juli 1927 yang tidak lain bertujuan untuk meraih kemerdekaan Indonesia dan melepaskan belenggu kolonialisme Belanda pada saat itu. Apabila kita lihat bahwa PNI ini selain sebagai alat politik Soekarno, juga sebagai alat negosiasi antara Soekarno dengan masyarakat Indonesia saat itu.

            Negosiasi bisa diartikan secara sederhana sebagai sebuah upaya perundingan yang bertujuan untuk mencapai tujuan bersama. Dalam upaya mewujudkan kemerdekaan, Soekarno yang mendirikan partainya berupaya mewadahi keinginan bangsa Indonesia dan mengupayakannya secara bersama sama.

            Pendirian PNI tentunya menjadi strategi Soekarno untuk bernegosiasi baik kepada rakyat ataupun pihak kolinial dalam memperjuangkan kemerdekaan. Namun dalam penulisan kali ini penulis akan lebih berfokus pada bagaimana Soekarno dan PNI bernegosiasi dengan masyarakat dalam menarik perhatian agar senantiasa berjuang bersama merebut kemerdekaan Indonesia.

            PNi dalam perjalanan sejarahnya dari waktu ke waktu semakin terkenal, faktor yang menjadikan PNI ini dikenal oleh banyak orang adalah karena kepiawaian Soekarno dalam berpidato dan propaganda-propaganda pada masyarakat. Dalam teknik negosiasi, propaganda ini merupakan taktik negosiasi yang bernama Good guy Bad Guy yang dinamakan berfungsi untuk menekan suatu pihak dalam sebuah perundingan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun