Mohon tunggu...
Mohammad Yaisy
Mohammad Yaisy Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Muhammadiyah Jakarta

Freelancer

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Social Media Advertising: Melihat Harapan dan Kenyataan Melalui Etika Periklanan

2 Juli 2023   22:12 Diperbarui: 2 Juli 2023   23:05 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Bagus Hernawan - Unsplash

Siapa yang pernah tergiur dengan barang harga murah tapi kualitas tidak murahan? Sepertinya hampir setiap orang yang pernah menggunakan sosial media pernah merasakan hal tersebut ketika hendak membeli sesuatu. Fenomena ini merupakan sebuah strategi pemasaran yang memanfaatkan kecerdikan periklanan untuk meningkatkan jangkauan produk kepada konsumen semenarik mungkin dan seluas-luasnya, terutama didukung oleh sosial media sehingga setiap orang dari semua kalangan mampu untuk melihatnya.

Strategi periklanan diatas lebih sering didengar sebagai istilah sosial media marketing atau dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai pemasaran digital. Tak bisa dipungkiri bahwa dewasa kini teknologi menjadi elemen penting yang selalu hadir dalam setiap sektor, salah satunya adalah sektor periklanan. Pemasaran digital mempunya peranan yang sangat berarti disini, sebagai contoh bahwa pemasaran digital dapat membantu komersialisasi suatu iklan dengan jumlah yang banyak dalam waktu yang bersamaan.

Pemasaran digital, media sosial dan periklanan memang tidak bisa dipungkiri adalah tiga hal yang tak bisa dipisahkan, karena satu sama lain saling memiliki hubungan keuntungan untuk meningkatkan kualitas. Dalam hal ini pemasaran digital adalah salah satu strategi untuk terjun dalam lalu-lalang aktivitas jual beli baik secara online atau offline. Sementara itu media sosial disini berperan sebagai wadah untuk memasarkan suatu produk, dan terakhir adalah periklanan yang membantu suatu produk penjualan dapat menarik minat konsumen yaitu dengan cara menampilkan elemen-elemen salah satunya seperti slogan "harga murah kualitas tidak murahan".

Elemen dalam sebuah iklan produk baik yang ada di social media atau tersedia secara offline merupakan instrumen penting yang menentukan konsumen untuk membeli suatu barang. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Tjiptono menghasilkan sebuah kesimpulan bahwa iklan adalah salah satu alat komunikasi tidak langsung dalam menyampaikan kelebihan dan kekurangan suatu produk yang karena hal tersebut pada akhirnya dapat memberikan dampak pada keputusan pembelian konsumen.

Beberapa penjelasan diatas menjadi dasar bagi penulis untuk melihat lebih lanjut tentang sebuah periklanan terutama yang pada fenomena barang-barang yang menempatkan dalam elemen pemasarannya slogan "harga murah tapi kuliatas ga murahan" apakah memang ungkapan tersebut hanya sekedar cuitan kata-kata pemanis untuk menarik perhatian konsumen tanpa sebanding dengan kenyataannya? atau dari sebuah iklan yang mempunyai kata-kata tersebut berbanding lurus antara harga murah dan kualitas yang tidak murahan.

Sumber: Instagram PS Store
Sumber: Instagram PS Store

Penulis menempatkan sebuah gambar diatas sebagai salah satu contoh iklan yang menggambarkan tentang "harga murah tapi kualitas ga murahan". Penulis mengambil contoh pada salah satu online store di sebuah Instagram yang menjual gadget secara komersil dengan harga sangat murah. Tak sedikit akun-akun media sosial online store tersebut sering mengupload iklan secara berkala dan selalu disisipi slogan yang telah disebutkan pada sebelumnya.

Apabila kita analisis pada sebuah gambar iklan yang ditampilkan oleh penulis maka terdapat beberapa informasi yang bisa didapatkan, seperti harga handphone, bonus pembelian (softcase dll), dan All provider. Produk yang dijual oleh salah satu online store tersebut adalah sebuah Iphone yang notabenenya merupakan handphone kelas flagship dengan harga asli yang fantastis.

Harga Iphone 11 Pro secara resmi pada perilisan pertama kalinya di bandrol dengan harga 18 juta untuk varian terendahnya dan 25 juta pada varian tertingginya. Namun pada iklan yang diatas dapat dilihat bahwa varian terendahnya berkisar pada harga 5-6 jutaan. Hal ini menandakan bahwa terdapat beberapa kemungkinan, yaitu barangnya bekas, komponen yang sudah tidak original, dan yang paling utama adalah barang tidak resmi.

Bagi orang yang awam informasi tentang handphone bekas tentunya melihat harga hp flagship dengan harga murah pastinya akan langsung menjadi perhatian. Hal ini juga pernah penulis alami ketiga melihat sebuah iklan dan tergiur harganya yang sangat murah dibandingkan dengan kondisi market pada saat itu. Namun pada realitanya ketika penulis mendatangi offline store secara langsung ternyata didapati adanya perbedaan harga dengan iklan yang penulis lihat di sosial media.

Fenomena diatas bisa di antisipasi dengan mempelajari etika periklanan, salah satunya adalah pada aspek "tata krama" yang tercantum pada buku Etika Pariwara Indonesia Amandemen 2020. Disebutkan bahwa dalam aspek kebahasaan iklan harus menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan tidak menyesatkan dan dalam pencantuman harga pada iklan juga tidak menyesatkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun