Banjir dan tanah longsor sudah tidak asing lagi di tengah pembicaraan masyarakat. Kedua bencana alam tersebut sudah seringkali melanda daerah-daerah yang ada di indonesia.Â
Bencana-bencana tersebut datang ketika musim hujan mulai datang. Kedatangan bencana tersebut sangat sering terjadi di lingkungan kita maupun daerah-daerah yang jauh di sana. Kekhwatiran pun terjadi dimana-mana akibat 2 bencana tersebut. baik dalam sektor ekonomi maupun kesehatan pada masyarakat.
Turut Berduka Cita atas saudara-saudara kita yang terdampak bencana alam saat ini. Hari ini saya membuka media sosial maupun membaca berita di media online, semua memberikan kabar duka atas bencana alam Banjir maupun Tanah longsor.
Sudah 2 bulan terakhir ini kita menyaksikan bencana alam terus menerus terjadi, bahkan mungkin teman-teman yang sedang membaca tulisan ini sedang mengalaminya.
Dari banyak pemberitaan yang saya baca, bahwa bencana alam banjir dan tanah longsor terjadi karena tingginya intesitas hujan. Namun saya belum percaya, apa memang hanya karena curah hujan yang tinggi sehingga mengakibatkan banjir bandang dan tanah lorongsor ?.
Banjir bandang yang membawa lumpur dan banyaknya potongan kayu yang ikut terset membuat keragauan saya bahwa banjir bandang dan tanah longsor tersebut tidak hanya diakibatkan oleh curah hujan yang tinggi.
Memang Kita harus lebih jeli untuk menganalisa bencana alam yang terjadi akhir-akhir ini. Tak bisa hanya sekedar melihat dari kondisi cuaca semata, namun kita juga perlu melihat kondisi ekologis lingkungan kita. Banjir memang mudah terjadi, tergantung kita menyikapinya dan peran manusia dalam menjaga lingkungan agar terhindar dari terjadinya banjir.
Eksploitasi SDA yang tidak ramah lingkungan dan pembabatan hutan sudah pasti akan mendapat respon dari alam itu sendiri, antar lain respon alam itu adalah banjir bandang dan tanah longsor tersebut.
New Normal (Normal Baru) yang diberlakukan oleh pemerintah dimasa pandemic Covid-19 saat ini, seharusnya diberlakukan juga untuk Normalisasi terhadap kondisi Ekologis saat ini, Kini manusia tidak lagi hidup seimbang dengan alam, sehingga yang terjadi adalah kerusakan lingkungan.
Tambang Liar dan ilegal loging masih banyak beroperasi, yang mana pemerintah belum juga mampu menertibkannya, maka saya tak heran lagi jika hari ini alam memberontak. Manusia terus melakukan rekapaksa untuk tetap biasa hidup di alam yang bisa dibilang jinak-jinak Singa.
Sudah seharus manusia menyadari, pada hakekatnya manusia harus Hidup Selaras Dengan Alam. Saya mengutip salah satu prinsip utama Stoisisme  adalah "Hidup Selaras Alam" kita harus hidup harmoni dengan alam, mencintai lingkungan dan menjaga satwa langka.