Mohon tunggu...
Ghatan SAY
Ghatan SAY Mohon Tunggu... Dosen - Jurnalis Kompasiana

Sebagai jurnalis di Kompasiana saya siap di kritik dan di evaluasi, silahkan sampaikan saran dan masukan untuk Kompasiana lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pemerintah Perlu Kolaborasi dan Strategi Jitu dalam Pembangunan Startup Pariwisata Lokal Berbasis Tri Hita Karana

1 September 2022   11:50 Diperbarui: 1 September 2022   11:51 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pembangunan berbasis kearifan lokal selalu dikumandangkan oleh pemerintah di negeri ini. Namun nyatanya hal tersebut hanya menjadi wacana. Sebab tidak sedikit pembangunan yang dicanangkan melabrak dan meminggirkan kearifan lokal. Seperti pembangunan pariwisata di beberapa daerah. Padahal dalam teori disebutkan, bahwa kearifan lokal adalah sumber pengetahuan yang diselenggarakan secara dinamis, berkembang dan diteruskan oleh populasi tertentu yang terintegrasi dengan pemahaman mereka terhadap alam dan budaya sekitarnya. Kearifan lokal juga harus dijadikan dasar untuk pengambilan kebijakkan pada level lokal di bidang kesehatan, pertanian, pendidikan, pengelolaan sumber daya alam dan kegiatan masyarakat pedesaan. 

Dalam kearifan lokal, terkandung pula kearifan budaya lokal. Kearifan budaya lokal sendiri adalah pengetahuan lokal yang sudah sedemikian menyatu dengan sistem kepercayaan, norma, dan budaya serta diekspresikan dalam tradisi dan mitos yang dianut dalam jangka waktu yang lama. Begitu juga dengan bisnis startup di Indonesia mulai menjadi tren dan banyak digandrungi milenial sejak lima tahun belakangan. Startup berbasis teknologi digital sebenarnya sudah mulai bermunculan sejak 2010. Startup sejenis kemudian terus tumbuh akan tetapi kesulitan untuk berkembang menjadi perusahaan besar perlu kolaborasi dengan pemerintah agar mampu menginspirasi milenial lain untuk mencoba menciptakan startup baru.

Gojek misalnya, ide pendirian Gojek berasal dari riset kecil yang dilakukan Nadiem Makarim kepada para pengemudi ojek konvensional yang biasa ia tumpangi menuju ke kantor. Nadiem Makarim menemukan fakta bahwa pengemudi ojek lebih banyak menghabiskan waktu untuk mangkal atau menunggu tanpa kepastian adanya penumpang. Sehingga para pengemudi ojek sering tidak mendapatkan penghasilan karena hal tersebut dan juga tidak adanya kepastian tarif perjalanan yang jelas oleh pengemudi ojek, sehingga kadang merugikan penumpang.

Jadi, untuk melaksanakan pembangunan di suatu daerah, hendaknya pemerintah mengenal lebih dahulu seperti apakah pola pikir dan apa saja yang ada pada daerah yang menjadi sasaran pembangunan tersebut. Adalah sangat membuang tenaga dan biaya jika mendorong masyarakat membuat startup tanpa memberi pembinaan kepada masyarakat setempat bahwa startup tersebut adalah "ikon" atau sumber pendapatan yang mampu mensejahterakan rakyat di daerah itu, tanpa pernah mengganggu lingkungan dan merusak tatanan budaya. Atau lebih sederhananya, sebuah pembangunan akan menjadi sia-sia jika pemerintah tidak mengenal kebiasaan masyarakat atau potensi yang tepat untuk pembangunan di daerah tersebut.

Apakah yang akan terjadi setelah itu? Pembangunan tersebut akan tidak tepat sasaran, bahkan mungkin akan menyengsarakan rakyat dan tidak membawa kemajuan berarti karena ketidakpahaman pemerintah terhadap kearifan lokal maupun kearifan budaya lokal pada daerah tersebut. Kebijakan pembangunan daerah dari pemerintah yang selama ini tidak tepat sasaran, tidak fokus, dan tanpa prioritas menjadi beberapa penyebab suatu daerah menjadi tertinggal. Untuk membantu pembangunan daerah tertinggal, pemerintah harus lebih memfokuskan perhatian pada pembangunan kawasan perdesaan berbasis kearifan lokal..

Mungkin pemerintah beranggapan pembangunan itu akan membawa keuntungan bagi negara, tapi bagaimanakah tingkat kesejahteraan penduduknya? Apa artinya keuntungan yang dinikmati negara justru tidak memberi manfaat kepada daerah sekitar bahkan diyakini akan merugikan karena merusak lingkungan, sumber ekonomi terganggu serta ada-istiadat juga terganggu. Pembangunan yang tepat bukan berarti menghilangkan adat istiadat atau menghilangkan kekayaan budaya pada suatu daerah. Tetapi sebenarnya, memajukan potensi dan kekayaan yang ada pada daerah tersebut. Sebab, jika pembangunan malah menghilangkan adat istiadat, maka bisa dipastikan bahwa bangsa tersebut akan kehilangan jati dirinya.

Oleh karenanya perkembangan industri startup pariwisata di beberapa daerah yang tidak terkendali berpotensi menggerus kearifan lokal, salah satunya sektor pertanian yang mengandung nilai-nilai budaya agraris. Terbukti masyarakat terutama generasi muda mulai tidak tertarik dengan sektor pertanian dengan beralih ke industri pariwisata. Petani muda negara kita berkurang dan ini merupakan sumber utama bagi negara kita untuk mencapai pertanian modern yang ingin di capai. Faktor utama yang mempengaruhi menurunya minat petani muda menurun adalah ketidakpastian dari bertani, petani di anggap kotor. Peranan pemerintah untuk memajukan pertanian modern untuk negara Indonesia sudah di mulai dari belasan tahun yang lalu, pertanian yang semakin dibutuhkan dan semakin menjadi muka dari negara ini ternyata ada perkembangan namun berlahan. Seperti halnya pertanian jepang mutu kualitas produk pertanian sudah tidak diragukan lagi, kebutuhan konsumen sangat jelas dengan harga yang setabil ini yang di sebut sebagai pertanian modern. Padahal pertanian mengandung nilai keseimbangan hidup sebagaimana dicerminkan dalam falsafah tri hita karana.

Hal ini dikarenakan arah dan pola kebijakan pembangunan beberapa daerah masih dikendalikan investor. Rupanya penguasa belum berani melawan kehendak investor dengan alasan mereka yang punya duit. Kalau semua pejabat berpikir seperti itu, maka daerah-daerah tersebut akan hancur. Hancur karena ulah pemerintah yang hanya menuruti keinginan investor dan tak pernah mau tahu dengan keinginan rakyat yang memilihnya. Dengan menerapkan konsep pemerintahan kolaboratif, pemerintah akan mampu membuka selebar-lebarnya ruang untuk menampung aspirasi dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan daerah. Tentu muaranya pada kebaikan bersama.

Pemerintah yang hanya berorientasi pada keuntungan masa kini tanpa memperhitungkan dampak yang lebih luas bagi keselamatan alam lingkungan serta kehidupan generasi di masa depan, sangat berbahaya bagi daerah. Di balik gemerlap sektor startup pariwisata, kearifan lokal yang menjadi intisari budaya daerah ternyata hanya menjadi slogan tanpa batas dan realitas.

oleh : Yahya Nur Ifriza (Peserta Latsar LAN RI Angkatan 5 Kelompok 2)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun