Gerabah merupakan salah satu kerajinan khas Indonesia yang berbahan dasar tanah liat dan tersebar di berbagai wilayah. Bentuknya pun beragam, tentunya disesuaikan dengan fungsi dan selera konsumen yang ada. Tak heran, kerajinan gerabah masih menjadi favorit di kalangan masyarakat. Salah satu daerah penghasil gerabah di Jawa Timur adalah Kabupaten Bojonegoro, tepatnya berada di Desa Rendeng, Kecamatan Malo. Dulu pada era tahun 1990 an, sebelum krisis moneter dan era reformasi, kerajinan gerabah di Desa Rendeng mengalami masa kejayaan, di mana permintaan produk kerajinan gerabah di desa tersebut cukup tinggi, dalam sebulan, kerajinan gerabah di desa tersebut bisa terjual hingga 40 truk.
     Namun, sejak krisis moneter pada tahun 1998, bisnis kerajinan gerabah mengalami kemunduran. Sebab daya beli masyarakat Indonesia kala itu melemah yang berimbas pada penurunan permintaan barang, termasuk kerajinan gerabah di Desa Rendeng. Banyak di antara mereka yang terpaksa gulung tikar atau beralih usaha lain untuk menyambung hidup. Kerajinan gerabah di Desa Rendeng pun perlahan mulai mengalami penurunan produktivitas dan pamor hingga saat ini.
     Dengan kondisi seperti ini, apalagi di tengah pandemi yang sudah berlangsung selama 1,5 tahun, perlu strategi yang tepat dan usaha ekstra agar bisnis gerabah di Desa Rendeng kembali bangkit dan penjualan kembali meningkat. Sebab, di tengah pandemi seperti ini, gerabah bisa terjual satu truk bisa dibilang merupakan suatu keberhasilan dan prestasi yang membanggakan. Merespon hal tersebut, tim Pengabdian Masyarakat oleh Mahasiswa (PMM) 63 Universitas Muhammadiyah Malang, berinisiatif untuk membantu UMKM kerajinan gerabah di Desa Rendeng, Kec. Malo, Kabupaten Bojonegoro (03/07/2021).
      Program yang diusung oleh Mahasiswa PMM 63 Universitas Muhammadiyah Malang adalah "Optimalisasi Potensi dan Pemberdayaan UMKM Kerajinan Gerabah di Desa Rendeng". Dalam program ini, mahasiswa PMM 63 mengajak masyarakat untuk mengetahui pentingnya keberadaan bisnis kerajinan gerabah dan pengenalan produk kerajinan gerabah melalui media online, mulai dari proses pembuatan gerabah hingga proses pengemasan agar bisa diakses oleh masyarakat luas. Sebab, dengan pengetahuan masyarakat tentang gerabah yang semakin baik serta didukung oleh promosi yang menarik, maka diharapkan penjualan gerabah di desa Rendeng bisa meningkat dan jangkauan pasarnya lebih luas. Disamping itu, mahasiswa PMM 63 Universitas Muhammadiyah juga mengadakan sosialisasi kepada pelaku usaha kerajinan gerabah tentang strategi bisnis di masa pandemi ini dengan narasumber Rizky Dana Himawan S.E yang merupakan Owner dari DanaMart.
     Dalam sosialisasi tersebut, bab yang dibahas adalah finance planning management yang merupakan sebuah proses dimana seorang individu berusaha untuk memenuhi tujuan-tujuan finasialnya melalui pengembangan dan implementasi dari sebuah rencana keuangan yang komprehensif (financial plan). Selain itu, dibahas pula sistem pengelolaan keuangan yang tepat untuk diaplikasikan pada usaha kerajinan gerabah ke depannya.
     Dengan adanya program ini, diharapkan para pelaku usaha kerajinan gerabah bisa lebih memahami potensi dan strategi apa tepat untuk diaplikasikan di masa pandemi ini agar penjualan gerabah tetap stabil dan meningkat, serta pengelolaan sistem keuangan yang baik akan bisa meminimalkan resiko kerugian yang ditimbulkan nantinya. Karena suatu usaha bisa bertahan bila didukung oleh SDM yang mumpuni di bidangnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H