Dari ujung timur sampai barat indonesia, hingga sampai kepelosok-pelosok desa pun semua masyarakat Indonesia sudah mengetahui akan kasus perampokan senilai 6,7 Triliun itu. Penyelesaian dan penuntasan kasus ini sudah banyak ditempuh oleh rakyat indonesia. Seperti kinerja pansus yang menanggulangi hak angket century, serta berbagai elemen-elemen masyarakat dan mahasiswa yang terus menerus melakukan demonstrasi di jalan.
Namun ironisnya, ditengah-tengah penuntasan kasus ini, sangat banyak isue-isue serta opini yang bermunculan di benak masyarakat. Dimulai dari kasus nikah sirri atau nikah mut'ah, yang diharamkan dan dikenakan sanksi pidana bagi yang melakukannya. Dilanjut dengan pengrusakan sekretariat HMI di Makassar yang baru-baru ini terjadi dan membangkitkan perhatian dari sejumlah masyarakat diberbagai daerah. Sampai pada kasus Teroris di Aceh dan fatwa haram merokok yang dikeluarkan oleh MUI.
Dalam analisis saya, semua ini tidak lepas dari pengalihan isue dan opini di masyarakat untuk menenggelamkan kasus century ini. Para politikus-politikus dari ketiak SBY itu tidak ada hentinya memainkan peran agar kasus century ini tenggelam dari benak kita semua. Dengan harapan, agar ending dari kasus century itu dapat berakhir dengan sempurna yang membebaskan penjahat berdasi (Sri Mulyani dan Boediono) dari jeratan hukum.
Disinilah kita dituntut untuk berfikir kritis dalam menganalisa kasus century. Jangan pernah termakan arus opini yang sengaja dibuat oleh tikus-tikus demokrat untuk menenggelamkan kasus tersebut. Sebab, sudah menjadi rahasia umum bahwa negara kita ini mempunyai hukum yang dapat diperjualbelikan. Sehingga tanggung jawab kita semua sebagai warga negara indonesia untuk mengawasi hukum terhadap Sri Mulyani dan Boediono. Serta terus berjuang dengan cara kita masing-masing untuk menuntaskan kasus century ini. Karena dengan kasus century ini lah pintu gerbang kita untuk menurunkan SBY-BOEDIONO.
Salam perjuangan.
Salam anak bangsa dari Makssar.
