Mohon tunggu...
Yahya Fajrul Haramain
Yahya Fajrul Haramain Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

seorang anak yang berusaha mengejar angannya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kurikulum Merdeka: Langkah Besar atau Tantangan Baru Pendidikan Indonesia?

30 Desember 2024   12:40 Diperbarui: 30 Desember 2024   12:40 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kurikulum Merdeka merupakan kebijakan terbaru yang diusung oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia. Kebijakan ini bertujuan memberikan kebebasan kepada sekolah dalam menentukan pola pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan lokal dan karakteristik peserta didik. Diluncurkan pada tahun 2022, kurikulum ini dirancang untuk menjawab tantangan pendidikan era modern, di mana siswa diharapkan tidak hanya menguasai pengetahuan, tetapi juga memiliki keterampilan relevan, seperti berpikir kritis, kreativitas, dan kolaborasi. Dengan pendekatan yang lebih fleksibel, Kurikulum Merdeka memberikan ruang bagi guru untuk berinovasi dalam proses pembelajaran, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia secara keseluruhan.

Namun, implementasi Kurikulum Merdeka tidak lepas dari tantangan. Banyak pihak menyambut baik kebijakan ini, tetapi terdapat berbagai kendala yang harus dihadapi, seperti kesiapan guru, pemahaman terhadap kurikulum, serta dukungan dari pengawas pendidikan dan orang tua. Oleh karena itu, penting untuk mengevaluasi keunggulan dan tantangan yang ada agar dapat memberikan rekomendasi konstruktif bagi pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya.

Salah satu keunggulan utama Kurikulum Merdeka adalah fleksibilitas dalam proses pembelajaran. Dengan memberikan otonomi kepada sekolah, kurikulum ini memungkinkan guru menyesuaikan metode pengajaran dengan kebutuhan dan karakteristik siswa. Pendekatan ini sejalan dengan prinsip pembelajaran yang berpusat pada siswa, di mana siswa aktif terlibat dalam proses belajar. Pendekatan ini dapat meningkatkan motivasi dan minat belajar siswa, yang pada gilirannya berkontribusi pada hasil belajar yang lebih baik.

Keunggulan kedua adalah integrasi nilai-nilai Pancasila dalam kurikulum. Kurikulum Merdeka tidak hanya fokus pada aspek akademis, tetapi juga mengedepankan pembentukan karakter siswa melalui Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila. Dengan ini, siswa diharapkan tidak hanya menjadi individu yang cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki integritas dan kesadaran sosial yang tinggi. Hal ini relevan dalam konteks pendidikan Indonesia yang beragam, di mana pembentukan karakter menjadi salah satu tujuan utama pendidikan.

Ketiga, Kurikulum Merdeka mendorong penggunaan teknologi dalam pembelajaran. Dalam era digital, kemampuan memanfaatkan teknologi informasi menjadi sangat penting. Kurikulum ini mendorong guru mengintegrasikan teknologi dalam proses belajar mengajar, sehingga siswa dapat belajar dengan cara yang lebih interaktif dan menarik. Penggunaan teknologi dalam pembelajaran dapat meningkatkan keterlibatan siswa dan memfasilitasi pembelajaran yang lebih efektif.

Meskipun memiliki berbagai keunggulan, implementasi Kurikulum Merdeka menghadapi tantangan signifikan. Pertama, kesiapan guru menjadi kendala utama. Banyak guru belum sepenuhnya memahami konsep dan prinsip Kurikulum Merdeka, sehingga kesulitan menerapkannya di kelas. Pelatihan dan pengembangan profesional sangat diperlukan untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan guru dalam menerapkan kurikulum ini.

Kedua, kurangnya dukungan dari pengawas pendidikan juga menjadi tantangan. Banyak pengawas merasa tidak siap mendukung implementasi Kurikulum Merdeka, baik dari segi pemahaman maupun keterampilan teknis. Hal ini menghambat proses implementasi di lapangan, karena pengawas memiliki peran penting dalam memberikan bimbingan dan supervisi kepada guru.

Ketiga, infrastruktur dan sumber daya yang tidak memadai menjadi masalah. Banyak sekolah, terutama di daerah terpencil, belum memiliki fasilitas yang cukup untuk mendukung pembelajaran berbasis teknologi. Tanpa dukungan infrastruktur yang baik, sulit bagi sekolah untuk menerapkan Kurikulum Merdeka secara efektif.

Keempat, resistensi dari orang tua dan masyarakat juga menjadi penghalang. Beberapa orang tua masih terikat pada metode pembelajaran tradisional dan skeptis terhadap perubahan yang diusung Kurikulum Merdeka. Oleh karena itu, penting untuk melibatkan orang tua dan masyarakat dalam proses sosialisasi mengenai manfaat kurikulum ini.

Untuk mengatasi tantangan dalam implementasi Kurikulum Merdeka, pemerintah perlu mengambil langkah strategis. Pertama, meningkatkan pelatihan dan pengembangan profesional bagi guru agar mereka lebih siap menerapkan kurikulum ini. Program pelatihan yang berkelanjutan dan berbasis praktik dapat membantu guru memahami dan mengimplementasikan Kurikulum Merdeka dengan lebih baik.

Kedua, pemerintah perlu memperkuat dukungan dari pengawas pendidikan dengan memberikan pelatihan yang memadai. Pengawas yang terlatih akan lebih mampu memberikan bimbingan dan dukungan kepada guru dalam menerapkan kurikulum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun