Mohon tunggu...
Bung Yahya RI 1 2029-2039
Bung Yahya RI 1 2029-2039 Mohon Tunggu... -

Nasib terbaik adalah tidak dilahirkan, Yang kedua dilahirkan tapi mati muda, Yang tersial adalah umur tua, Bahagialah mereka yang mati muda

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tuhan dan Hukum Sebab Akibat

12 Agustus 2011   13:36 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:51 739
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Apakah lepasnya rantai sepedaku ada kaitanya dengan kinerja Tuhan?

Yang jelas mereka yang percaya kepada Tuhan biasanya mengatakan semua yang terjadi karena kehendakNya. Jika Dia tak sudi maka tidak akan terjadi. Lalu di mana sebenarnya posisi hukum sebab akibat? Apapun yang terjadi di semesta ini setidaknya tidak jauh-jauh lepas dari hukum sebab-akibat. Rumusnya suatu sebab tertentu  haruslah menghasilkan akibat tertentu pula sesuai dengan ciri khusus penyebabnya. Atau bisa juga dikatakan bahwa suatu akibat tertentu haruslah bersumber dari sebab tertentu pula dan bukan berasal dari suatu sebab yang tidak ada sangkut paut dan kesesuaian sama sekali.

Dengan kata lain, Antara berbagai keberadaan (eksistensi) dialam raya ini, terdapat hubungan satu sama (hubungan korespondensi). Dengan begitu maka ‘setiap sesuatu’ tidak mungkin memunculkan ‘apa saja!’ , dan juga ‘setiap sesuatu ‘ tidak mungkin BERASAL DARI ‘apa saja’ , Sesuatu itu haruslah muncul dari sesuatu yang mempunyai hubungan korespondensi.

Dalam kajian Pemikiran Islam klasik, Tuhan dianggap sebagai penggerak pertama yang tidak bergerak. Jika demikian, berarti Tuhan seperti pencipta jam dinding. Setelah membuatnya dan menetapkan aturannya sedemikian rupa ia tidaklah perlu repot-repot mengontrol jam itu setiap waktu sampai baterai atau sumber energinya habis atau terjadi kerusakan sistem yang lain. Jadi, sebenarnya saat ini Tuhan sudah tidak mengurusi urusan alam semesta lagi.

Tentu saja kita tidaklah harus setuju dengan kesimpulan tersebut. Tanpa malu-malu QS Ar-Rahman: 29 menyatakan bahwa Tuhan selalu sibuk setiap saat. Mungkin analogi dengan pembuat jam dinding di atas tidaklah terlalu tepat. Tuhan tidaklah bekerja seperti itu. Entah bagaimana lagi Dia bekerja? Lalu jika tidk bekerja seperti itu bagaimana kita akan mendapatkan kepastian yang sangat penting? Atau jangan-jangan memang Dia tidak ada? Entahlah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun