Mohon tunggu...
Edison Hulu
Edison Hulu Mohon Tunggu... Dosen - Ekonomi dan Keuangan

Dosen, Peneliti, dan Pelaku Ekonomi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Lucu, Pertumbuhan Ekonomi Ukuran Keberhasilan!

7 Mei 2020   11:43 Diperbarui: 7 Mei 2020   13:34 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa hari yang lalu, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan bahwa ada perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia diukur dalam tahunan pada Triwulan Pertama tahun 2020 sebesar 2, 97 atau turun dari sebesar 5.03 persen pada Triwulan Pertama tahun 2019.  Penurunan ini diperkirakan dampak dari Covid-19 yang melanda Indonesia.

Berdasarkan pengumuman tersebut, beberapa pihak menilai bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia masih relatif lebih baik dibandingkan dengan negara lainnya yang terdampak COVID-19,  ekonomi Indonesia tumbuh 2,97% di kuartal I-2020.

Ada juga yang dengan tegas mengatakan bahwa ekonomi Indonesia di kuartal I-2020 masih lebih baik dari Amerika Serikat (AS) hingga Hong Kong.

Angka pertumbuhan ekonomi kuartal I-2020 untuk AS hanya 0,3%, Korea Selatan (Korsel) negatif 1,3%, Uni Eropa negatif 3,3%, Singapura negatif 2,2%, Tiongkok negatif 6,8%, dan Hong Kong negatif 8,9%.

Bila digunakan angka pertumbuhan ekonomi sebagai ukuran keberhasilan, saya teringat tugas ketika sebagai mahasiswa yang belajar "Economic Growth" sekitar 30-an tahun yang lalu. Kepada setiap mahasiswa diberi tugas untuk meneliti sebanyak 9 (sembilan) murid laki laki, yaitu,  3(tiga)  murid Sekolah Dasar (SD), 3(tiga) siswa  Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan 3 (tiga) siswa Sekolah Menengah Atas (SMA).  

Kepada 3(tiga) murid laki-laki SD ditanyatakan berapa sentimeter bertambah selama setahun dari kelas 1 ke kelas 2 SD.  Pertanyaan yang sama diberikan kepada 3(tiga) siswa laki-laki SMP,  ditanyatakan berapa sentimeter bertambah selama setahun dari kelas 1 ke kelas 2 SMP.  Selanjutnya, pertanyaan yang sama diberikan kepada 3(tiga) siswa laki-laki SMA,  ditanyatakan berapa sentimeter bertambah selama setahun dari kelas 1 ke kelas 2 SMA.

Kesimpulan hasil penelitian terhadap 3(tiga) kelompok (SD, SMP, dan SMA), yaitu, angka pertumbuhan dalam satu tahun SD lebih tinggi dari SMP, dan SMP lebih tinggi dari SMA.  Secara alami memang demikian,  pertumbuhan anak-anak jauh lebih tinggi dibandingkan dengan yang agak telah dewasa (SMA).

Dalam perekonomian suatu negara,  dimungkinkan dianalogikan seperti SD, SMP, dan SMA, artinya tingkat pertumbuhan tinggi anak agak lucu bila dikaitkan dengan sebuah prestasi.  Perbedaan yang mendasar pada setiap perekonomian ialah tingkat pendayagunaan penuh sumber daya yang ada (the level of empolyment).  Ada negara yang telah relatif "full employment" atau negara yang sudah hampir semua sumber daya yang ada diberdayakan penuh, dan ada negara yang relatif masih belum didayagunakan penuh (unempolyment level).

Adam Smith, Bapak Ilmu Ekonomi, menyampaikan bahwa ada tangan tak nampak (invisible hands) yang mendorong pertumbuhan ekonomi, dan bukan karena dari yang mengatur atau dari pihak pembuat kebijakan.  Sampai saat ini, peran tangan tak kentara dalam pertumbuhan ekonomi masih belum terbantahkan.

Kalau boleh, penilaian prestasi keberhasilan tidak hanya dilihat dari indikator perutmbuhan semata, tetapi dilihat dari indikator lain, jumlah yang miskin dan kurang gizi, jumlah yang kelaparan, jumlah pengangguran, dan indikator sosial lainnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun