Mohon tunggu...
Edison Hulu
Edison Hulu Mohon Tunggu... Dosen - Ekonomi dan Keuangan

Dosen, Peneliti, dan Pelaku Ekonomi.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Adakah Kekhawatiran di Balik IHSG Tembus 5000 dan Rekor Tertinggi Dow Jones?

15 Juli 2016   22:54 Diperbarui: 16 Juli 2016   12:59 851
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Salah satu barometer pasar modal dunia adalah Indeks Dow Jones, yaitu, indeks harga dari 30 saham yang tercatat di NYSE (New York Stock Exchange).  Para pengamat pasar modal di AS (Amerika Serikat) mengalami kesulitan dalam menjelaskan mengapa Dow Jones memecahkan rekor tertinggi ( di atas 18,000) di tengah-tengah kinerja pertumbuhan ekonomi AS yang kurang menggembirakan, dilihat dari angka pertumbuhan dan juga penyerapan tenaga kerja pada sektor industri yang masi belum membaik.  Di media AS, minimal ada tiga faktor yang muncul sebagai penjelasan mengapa Dow Jones tembus rekor tertinggi. 

Pertama, hasil survey kepercayaan konsumen terhadap kondisi ekonomi AS tercatat tertinggi sejak dua tahun terakhir. Kedua, tabungan sektor rumahtangga tertinggi sejak dua tahun yang lalu,  karena ketakutan akan resesi ekonomi maka setiap keluarga melakukan penghematan, ada tabungan, dan karena situasi cenderung membaik, maka sektor rumahtangga mulai mengkonsumsi, pada gilirannya terjadi peningkakan permintaan. Ketiga, harapan baik atas hasil pemilihan presiden di AS yang sedang berlangsung.

Tiga faktor tersebut, banyak yang menilai bukan faktor fundamental, karena, nilai tukar dolar AS cenderung melemah, tetapi Dow Jones menciptakan rektor tertinggi.  

Karena masih belum ada penjelasan yang fundamental (kapasitas meraih laba), dengan mengingat yang pernah terjadi pada akhir tahun 2014 yang lalu, Dow Jones pernah tembus 18,000, kemudian hanya beberapa bulan mengalami penurunan sampai mendekati 15,000.  Apakah  hal yang sama mungkin terulang lagi?  Artinya, dibalik Dow Jones tembus rekor tertinggi, ada kehawatirn akan terjadi penurunan seperti pada tahun 2014 yang lalu, karena kenaikkan tidak didukung faktor fundamental ekonomi yang kuat, khususnya sektor industri yang yang pada umumnya ditandai dengan peningkatnya kesempatan kerja, dan hal ini masih belum ada signal positif.    

Bagaimana dengan IHSG sebagai barometer pasar modal Indonesia.  Euforia terpilihnya Jokowi sebagai presiden pilihan rakyat, harapan para investor sangat besar kepada presiden terpilih, sehingga IHSG terangkat tinggi mencapai 5,500-an, rekor tertinggi, setelah itu turun.  Namun, di tengah-tengah kondisi perekonomian Indonesia dalam situasi keseimbangan neraca pembayaran yang masih labil, tingkat suku bunga yang tertinggi di negara ASEAN, angka pengangguran masih tinggi, pertumbuhan ekonomi yang masih di bawah 6 persen, dalam kondisi seperti itu IHSG tembus 5000.  

Faktor apa yang mendorong IHSG tembus 5000?  Dampak positif yang diperkirakan akan masuk dana dari luar negeri sebagai implikasi dari kebijakan pengampunan pajak, para pemodal dalam negeri yang masih memiliki tabungan masuk lebih dulu ke pasar modal dengan membeli saham,  dan juga sebagian modal dari luar negeri masuk dengan membeli saham, pada gilirannya IHSG terangkat naik.  Hukum ekonomi berlaku, ketika penawaran saham relatif tetap, permintaan meningkat, pada gilirannya akan terjadi peningkatan harga.

Pada saham tertentu, ada kemungkinan terjadi kepanikan beli.  Sebagai contoh, ada sebuah saham yang memiliki simbol AGRO, bayangkan dalam tempo yang tidak terlalu lama, meningkat dari Rp 100 per saham menjadi Rp 450-an, luar biasa, terjadi panik beli, walaupun akhirnya saham ini disuspen BEI.  Intinya, peningkatan IHSG sangat tergantung pada keberhasilan pengampunan pajak, bukan karena fundamental ekonomi yang semakin kuat.

Tentu khawatir seandainya kebijakan pengampunan pajak mengalami kegagalan, saat ini sedang digugat di MK (Mahkamah Konstitusi), maka dipastikan akan berdampak pada peningkatan risiko di pasar modal, karena peningkatan IHSG bukan berdasarkan pada kondisi fundamental saham yang cenderung semakin baik.

Para investor di pasar modal, di manapun, baik di AS maupun di Indonesia, seyogianya berhati-hati dalam berinvestasi. Pilihlah saham yang memiliki fundamental yang baik, karena harga saham tersebut diperkirakan lebih stabil dibandingkan dengan harga saham yang fundamentalnya jelek.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun