Mohon tunggu...
Aditya Anggara
Aditya Anggara Mohon Tunggu... Akuntan - Belajar lewat menulis...

Bio

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kugapai Lenganmu, Kamu Garuk Tangannya...

7 Januari 2019   13:47 Diperbarui: 7 Januari 2019   14:08 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dari film Fallen (2016) sumber : Livros e Laos de Fita

Tetapi Maya tidak terlalu berkecil hati. Melihat raut wajah hitam manis itupun sudah mengobati rindu dendamnya yang telah lama dipendamnya selama berpuluh tahun, seperti gunung soputan yang terbatuk-batuk ketika mendengar gunung Krakatau menderita "batuk rejan" Ah, dia akan mencari waktu yang tepat untuk mengungkapkan tabir isi hatinya yang sudah lama tersimpan dikaki gunung Salak itu.

Keesokan harinya mereka pergi ke Bunaken. Andy terlihat menaiki bis, yang dibelakangnya ada tulisan "Salam Satu Jari" itu. Maya segera berlari menyusulnya ke bis dan mencari tempat duduk disamping Andy. Hampir saja Simon duduk disamping Andy, tetapi dia segera saja mendahuluinya, dan duduk persis disamping Andy. Aha... pucuk dicinta kelambu tiba!

Sayup-sayup terdengar lagu sepanjang jalan kenangan melalui suara empuk-empuk enak tour guide itu, menambah sejuk udara dingin didalam bis. Menusuk kedalam kalbu, menghangatkan sukma untuk merajut kisah yang sudah lama terpendam. Ingin rasanya Maya mengintip gambar bordiran Ikatan Alumni di sebelah dalam kaos Andy tersebut, tetapi ia mengurungkannya...

Sinar mentari pagi yang menyeruak melalui horden jendela bis, seakan mencegah niatannya itu. Senyum manisnya kemudian merekah tertimpa cahaya surya, menimbulkan spektrum warna seperti pelangi yang indah.

Sejenak bumi berhenti berputar. Gravitasi menjadi nol, roda bis seperti berjalan ditempat, seketika semua orang mematung. Andy menoleh kepada Maya sejenak, lalu kembali menatap kedepan. Dia tidak mematung, rahangnya tidak terkulai jatuh, karena Andy sedang mengunyah kacang tojin!

Maya mematung dengan rahang terkulai jatuh. Dia kecewa! Bumi segera berputar kembali pada porosnya. Roda bis berputar lebih cepat, sehingga supir bis harus mengerem sambil berdiri dan berteriak, ketika nenek lampir tiba-tiba menyeberang jalan...

Ah... masih ada satu kesempatan lagi, yaitu malam terakhir. Mungkin malam perpisahan itu bisa menjadi awal pertemuan-pertemuan selanjutnya, bisik Maya mantap.

Akhirnya saat yang dinantikan pun tiba. Pada malam itu, mereka asyik ngobrol berdua ditemani alunan lagu "If we hold on together" yang dibawakan dengan lembut oleh Ketut. Sambil menutup mata, Maya memegang dengan lembut lengan Andy. Dia membiarkan angannya terhanyut oleh suasana yang romantis itu.

Seketika Maya merasakan keanehan. Dia lalu membuka mata dan melihat apa yang terjadi. Tangan kiri Andy memeluk dengan mesra bahu kiri Simon, sedangkan tangan kanannya menggaruk dengan lembut kedua tangan Simon yang sedang memegang koteka mininya itu.

Sebuah notifikasi terlihat di ponsel. Maya lalu membukanya. Ternyata dari Yenni. Tampak gambar Simon dan Andy berduaan dengan kaca mata Police-nya di pinggir pantai, persis pada hari kedatangan mereka ke Manado. Ternyata itulah "urusan bisnis" Simon ke Manado. Sementara itu Maya terpaksa harus menunggu "saudaranya" sendirian di dalam kamarnya...

Ah celaka tiga belas! Mereka berdua itu memang penghuni kamar tiga belas! Astaga, jeruk makan jeruk!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun